Khutbah Jumat Terbaik 2024 Tema Ketakwaan Menjadi Pondasi Mewujudkan Negeri Yang Tentram dan Sejahtera

photo author
- Kamis, 22 Februari 2024 | 17:14 WIB

Begitulah gambaran negeri yang kesejahteraan dalam ayat ini. Ada perwujudan ayat atau tanda sifat-sifat Agung Allah di dalamnya, sumber kehidupan material, spiritual, dan sosial melimpah di kanan dan kiri kediaman warganya.

كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥۚ ‌بَلۡدَةٌ ‌طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Artinya: “(Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.” Selanjutnya, Allah menggambarkan aktivitas bangsa yang sejahtera sosialnya. Mereka bisa bebas makan dan mendapatkan penghidupan yang layak dari rezeki Tuhannya langsung yang telah disebarkan di alam mereka.

Sumber daya alam mereka melimpah ruah. Mereka dapat menikmatinya dengan baik. Mereka pandai mensyukuri, yaitu mengelola, memanfaatkan, mengembangkan, dan menjaganya sesuai dengan cara yang disukai dan diridai oleh Allah.

Mereka mampu mempertanggungjawabkan semua itu di hadapan Allah. Itulah wujud ketakwaan sosial yang berdampak pada kesejahteraan sosial dan membentuk negeri yang baik dan nyaman, serta senantiasa dipenuhi dengan ampunan dari Allah. Dengan ampunan itu, negara menjadi seolah-olah tanpa kesalahan, tanpa dosa yang menjadi beban berat meraih kebahagiaan dan kesejahteraan.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Pada ayat yang juga telah kami bacakan di mukdimah khutbah ini, kita mendapati surat al-Nahl, ayat 112.

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً قَرۡيَةً كَانَتۡ ‌ءَامِنَةً ‌مُّطۡمَئِنَّةً يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ

Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah” Pada ayat ini kita diberikan sebuah gambaran jelas negeri yang penuh kesejahteraan, namun kemudian gagal mempertahankan kesejahteraan itu karena tidak mampu melaksanakan ketakwaan sosial.

Negeri yang sejahtera digambarkan sebagai negeri yang aman (aminatan) dan tenteram (muthma’innatan). Rezekinya melimpah ruah datang dari berbagai penjuru. Disebut rezeki ketika hal itu dimanfaatkan. Oleh karena itu, sumber daya alam yang melimpah jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka tidak menjadi rezeki untuk negeri tersebut. Kemanfaatan rezeki dari kekayaan alam itu harus kembali dan dirasakan langsung oleh seluruh warganya.


Kemudian, pada surat Saba’: 15 tadi kita dapati ketakwaan sosial adalah disimbolkan dengan syukur. Pada ayat ini, kita dapati pesan serupa bahwa ada negeri yang awalnya diberikan kesejahteraan melimpah namun kemudian kufur terhadap nikmat-nikmat tersebut. Mereka tidak bertakwa lagi.

Akibatnya adalah Allah berikan pakaian kelaparan dan pakaian ketakutan. Kegagalan mereka dalam mempertahankan ketakwaan sosial itulah yang menyebabkan kegagalan mempertahankan kesejahteraan sosial.

فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ

Artinya: “Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Umumnya, rasa lapar itu adanya di dalam perut.

Sedangkan rasa takut itu adanya di dalam hati dan pikiran. Tapi kali ini Allah menegaskan bahwa rasa lapar dan takut itu telah menjadi pakaian (libasal ju’ wal-khauf). Pakaian itu adanya di luar, bukan di dalam perut maupun di dalam hati dan pikiran. Ini menandakan bahwa kelaparan dan ketakutan itu sudah tampak di tubuh mereka. Pakaian lapar dalam bahasa sekarang adalah stunting, kekurangan gizi, kemiskinan, dan sejenisnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X