Khutbah Jumat Tahun Politik Mari Kita Jaga Persaudaraan Umat Meski Beda Pilihan, Jangan Sampai Bermusuhan

photo author
- Kamis, 8 Februari 2024 | 04:44 WIB
Khutbah jumat judul jaga persaudaraan ditahun politik
Khutbah jumat judul jaga persaudaraan ditahun politik

Bahkan tidak jarang juga ditemukan perdebatan yang sengit akibat tidak ada titik temu dan sama-sama kuat argumentasinya. Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Jika kita menelusuri dalam Al-Qur'an, memang pada sejatinya perbedaan yang terjadi merupakan skenario Allah dalam mendesain kehidupan manusia. Dalam surat Ar-Rum ayat 22 disebutkan:

وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasa dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". Wahbah al-Zuhaili saat menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa bermacam-macam bahasa dan warna kulit di sini bisa diartikan juga pendapat, ideologi, suku, tradisi, budaya, dan lain sebagainya.

Jadi meskipun ayat ini hanya menggunakan diksi bahasa dan warna kulit, namun memiliki cakupan yang sangat luas. Maka kita selaku umat Islam sudah pasti meyakini dan menyetujui terhadap kebenaran ayat al-Quran secara umum.


Ditambah dengan fakta yang memang mendukung kebenaran tersebut sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menyangkalnya, termasuk mengenai beragam perbedaan dalam hal apa pun sebagaimana disebutkan dalam ayat ini.

Dari sisi teologis, penegasan Allah dalam firman-Nya itu hendak menunjukkan kepada kita selaku manusia -apalagi Muslim- akan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang luar biasa. Kekuasaan-Nya yang tiada batas itu diwujudkan dalam bentuk berbagai macam suku bangsa, kultur budaya, dan pandangan.

Melalui kekuasaan itulah Allah mampu menciptakan beragam perbedaan di tengah-tengah kita. Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Nabi Muhammad juga pernah memprediksi umatnya akan mengalami banyak perselisihan. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi disebutkan:

إنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اِخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ


Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang hidup setelahku akan melihat banyak perbedaan - perselisihan. (oleh karenanya) Maka kalian harus berpegang pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' Rasyidin yang diberi petunjuk setelahku nanti." Hadits ini memang biasa digunakan sebagai dalil normatif dalam menyikapi kemunculan kelompok teologi Islam.

Namun pada momen kali ini, izinkan khatib untuk menghubungkan prediksi Nabi tersebut dengan konteks saat ini, yaitu banyak perselisihan akibat perbedaan pandangan, termasuk dalam hal politik. Dengan kata lain, Nabi hendak memperkuat firman Allah sebelumnya untuk melahirkan kesadaran dalam diri umat Islam agar tidak sampai terpecah belah, bermusuhan, serta berkelahi akibat perbedaan pendapat.

Kesadaran ini pun harus berbanding lurus dengan sikap dan perbuatan pada saat berinterkasi dengan orang yang berbeda pandangan dengan kita. Maka dalam hal ini bagi kalangan elit, misalnya, harus mampu menjadi panutan bagi masyarakat di bawahnya.

Mereka cukup mempromosikan pilihan politiknya dengan tanpa menjelek-jelekkan kubu lain yang berbeda dengannya. Kalangan elit sendiri dalam konteks politik bisa disebut sebagai para petinggi politik dan pemangku jabatan yang melibatkan partai politik. Kalangan elit mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga stabilitas sosial dan nasional.

Tindak tanduk mereka akan selalu disorot oleh khalayak, sehingga sudah sepatutnya lebih berhati-hati dalam menyikapi perbedaan politik yang ada. Sikap arif dan dewasa tentu mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat. Terlebih pada zaman saat ini, kebanyakan orang kita sudah mampu memilah mana yang benar dan salah.

Begitu juga kalangan menengah, yang dalam konteks ini bisa diasosiasikan sebagai akademisi, cendekiawan, pengamat, tokoh, bahkan influencer yang mempunyai pengaruh baik ke kalangan elit maupun akar rumput. Kalangan menengah ini meskipun tidak mempunyai kepentingan an sich dengan politik praktis, namun suara mereka relatif mengandung dampak ke berbagai segmen. Maka dari itu, kalangan menengah ini juga mempunyai beban yang tidak ringan.

Pada satu sisi, mereka dapat memberikan kritikan, aspirasi, dan masukan sebagai bahan renungan kalangan elit. Sedangkan di sisi lain, mereka menjadi penghubung dengan kalangan bawah untuk menjelaskan ide dan program dari kalangan elit.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X