METRO SULTENG-Berada di tahun politik seperti saat ini kerapkali kita dipertontonkan perseteruan antar pihak yang disebabkan perbedaan pilihan politik. Perseteruan ini terkadang berdampak pada keretakan sosial yang telah dijalin bertahun-tahun. Dalam konteks itu, topik khutbah Jumat kali ini mengangkat tentang upaya untuk menjaga keharmonisan umat di tengah perbedaan pendapat. Khutbah Jumat ini berjudul: “Khutbah Jumat: Jaga Keharmonisan Umat di Tengah Perbedaan Pendapat".
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبِ وَالسَّيِّئَاتِ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْعِبَادَاتُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةٌ لِّلْعَالَمِيْنَ، الْمُرْسَلِ إِلَى كَافَّةِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَتِهِ الْأَطْهَارِ، وَصَحَابَتِهِ الْأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِالْاِبْتِعَادِ مِنَ الْأَشْرَارِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji dan pujian hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh mahluk di seantero alam. Shalawat dan salam tidak bosan-bosannya kita haturkan untuk baginda Nabi Muhammad saw berserta para keluarga dan sahabatnya yang telah setia menemani dalam memperjuangkan agama Allah ini.
Atas keseriusan dan totalitas para pejuang itu kita mendapatkan keberkahannya pada saat ini dengan dapat menjalani aturan-aturan Allah dengan mudah dan tenang. Maka dari itu, sebagai bentuk syukur, kita harus selalu berupaya meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Kualitas ketakwaan di sini bukan hanya dalam ibadah yang berhubungan antara hamba dan Tuhan, tapi juga antar hamba bahkan sesama mahluk lainnya.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Semakin mendekati hari H agenda lima tahunan yakni Pemilu di negeri ini, kita melihat perseteruan yang terjadi tampak semakin runcing. Mirisnya, fenomena ini menjangkiti seluruh elemen masyarakat kita, mulai dari kalangan akar rumput, menengah, bahkan kelas elit.
Kita lihat di sekitar dan media-media sosial yang semakin hari diskusinya semakin tidak konstruktif dan argumentatif. Malah cacian dan makian yang justru semakin dihidangkan ke khalayak. Tidak dapat dipungkiri memang bahwa perbedaan politik kerapkali membutakan hati nurani dan menumpulkan akal sehat sehingga pertikaian pun tidak dapat dihindari.
Dalam sejarah Islam sendiri misalnya, sekelas kalangan sahabat yang disebut sebagai generasi terbaik terjadi perpecahan sampai melakukan perang antar sesama yang dikenal dengan perang Jamal dan Shiffin.
Tentu saja fenomena tersebut tidak dibenarkan dan tidak layak ditiru. Justru seyogyanya dijadikan pelajaran bagi generasi setelahnya, termasuk kita saat ini, agar tidak sampai melakukan perbuatan tersebut hanya gara-gara perbedaan pandangan politik.
Tidak sebanding kiranya harga yang mesti dibayar antara pertikaian dan perdamaian. Baca Juga Khutbah Jumat: Jaga Perdamaian, Raih Kesejahteraan dan Kemaslahatan Oleh karena itu, kita harus mengingat sebuah ungkapan yang cukup populer:
لِكُلِّ رَأْسٍ رَأْيٌ
Artinya: "setiap kepala mempunyai pandangan (masing-masing)." Ungkapan ini mesti dijadikan mindset kita sehingga tidak kagetan dalam menyikapi perbedaan, termasuk perbedaan politik.
Sebab setiap orang pasti mempunyai berbagai faktor yang turut mempengaruhi cara pandang dan sikapnya. Ungkapan ini bisa dibuktikan dengan realita di sekeliling kita, khususnya dalam ruang-ruang diskusi dan rapat yang tidak jarang dijumpai perbedaan yang, sekali lagi, disebabkan beragam sudut pandang. .