Khutbah Jumat Terbaru 2024 Tentang Etika Saat Berdebat dan Menyampaikan Pendapat Dalam Islam

photo author
- Kamis, 25 Januari 2024 | 07:55 WIB
Etika berdebat
Etika berdebat

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ
a: “Dan seandainya Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berbeda-beda.” Fakruddin al-Razi dalam Mafatihul Ghaib menafsirkan bahwa berbeda-beda pada ayat tersebut mencakup banyak hal, seperti agama, suku, warna kulit, bahasa, dan prilaku.

Prilaku di sini dapat berupa perbuatan maupun perkataan atau pendapat. Maka wajar kiranya bila seringkali kita menemukan perbedaan pandangan di sekitar kita, baik di keluarga, teman, kolega, bahkan di media sosial. Itu semua merupakan keniscayaan yang mesti disikapi dengan bijak. Sunnatullah ini memang tidak bisa dihindari oleh siapa pun, sehingga tidak perlu lagi merasa paling benar di tengah-tengah perbedaan pendapat yang ada.

Oleh karenanya, yang lebih penting dari itu adalah bagaimana cara menyampaikan sebuah pandangan yang berbeda dengan orang lain. Pada tahap inilah Islam memainkan perannya. Seperti tutur kata yang baik, diksi yang sopan, intonasi yang lembut, serta gestur tubuhnya. Semua ini merupakan cara yang diajarkan Islam dalam menyampaikan pendapat.

Selain itu, Islam juga memperhatikan posisi dan status subyeknya sebagaimana disebutkan sebelumnya, serta kondisi yang sedang terjadi. Hal ini demi menyesuaikan dengan keadaan yang dihadapi agar antara hulu dan hilirnya berirama dengan tepat.

Begitu juga efek dari perbedaan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif yang justru dapat menciderai stabilitas sosial.

Hadirin jamaah shalat Jumat hafidzakumullah,

Dengan demikian, meskipun seandainya terjadi perbedaan pandangan yang cukup sengit, yang disebut dengan debat, baik formal maupun informal, maka adab dan tata krama seperti yang telah disebutkan akan tetap terjaga dan harus dikedepankan. Terlebih bila melihat ayat pada Surat al-Nahl: 125 yang berbunyi:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya: “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, serta debatilah mereka dengan perdebatan yang lebih baik (dari mereka).” Pada dasarnya, ayat ini membahas mengenai ajakan Nabi terhadap orang-orang musyrik agar mau mengikuti agama Ibrahim, yang sama-sama mengajarkan keesaan Allah swt. Namun ketika ajakan itu dibantah dan didebat, maka Nabi disuruh untuk merespon debat tersebut dengan cara yang lebih elegan, baik tutur katanya maupun argumentasinya.

Maka dari itu, bila ayat ini digiring pada persoalan berdebat dengan orang lain, meskipun bukan mengenai masalah akidah, namun berdebatnya tetap harus dilakukan dengan cara-cara yang islami, yang bertumpu pada bahasa yang sopan, gestur tubuh yang beradab, dan argumentasi yang kuat.

Debat semacam ini akan melahirkan iklim positif bagi dunia keilmuan dan sosial. Begitu juga sebaliknya, bila perdebatan yang terjadi malah saling ngotot dan ngeyel, dalam istilah kita disebut dengan debat-kusir, maka seyogyanya harus dihindari. Sebab Nabi Muhammad pernah bersabda dalam riwayat Tirmidzi:

مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.”

Kata mira’ dalam hadits tersebut bermakna berdebat dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan dan hanya untuk menang sendiri agar terlihat keren dan hebat, sehingga seringkali debat semacam ini tidak didasari pada argumentasi yang jelas dan logis.

Oleh karenanya, Hadits ini merupakan peringatan bagi kita semua yang mungkin selama ini pernah atau bahkan terbiasa melakukan debat. Kita mending berpindah tempat atau mengalihkan topik sehingga perdebatan seperti itu tidak berlanjut. Sebab biasanya perdebatan jenis itu sangat berpotensi meretakkan hubungan antar sesama. Semoga kita dijauhkan dari perbedaan pandangan dan debat kusir semacam itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X