METRO SULTENG- Kepala Bidang P2P dan Krisis Kesehatan Dinas Kesehatan Pemkab Morowali dr. Marice S.Sos, M.Kes meluruskan keterangannya terkait penyakit HIV akan mencapai ribuan jumlahnya jika dilakukan screening secara menyeluruh.
Katanya bukan ribuan, Screening itu belum sampai pada sasaran kasus, screening artinya mencari sedini mungkin sasaran beresiko dan bagamana caranya untuk mencegah.
Baca Juga: Penderita HIV di Morowali Meningkat, Jika di Screening Angkanya Bisa Capai Ribuan
"Screening sama dengan deteksi dini, mencari sasaran beresiko, jadi semakin kita banyak melakukan screening artinya pencegahan. Screening itu pemeriksaan dini," kata dr Marice meluruskan keterangannya ke Metrosulteng, Sabtu (17/8/24).
Kepada awak media saat ditemui ruangannya pada Kamis (15/8/24), dr Marice sempat menyebut bahwa kasus HIV di Morowali sangat tinggi, terdeteksi sudah 43 kasus dan jika dilakukan screening jumlahnya mencapai ribuan.
Maksud ribuan ini menurut dia, yang sudah di diskriminasi tapi yang di temukan untuk triwulan ll per Januari-Juli 43 kasus. Keterangan yang dia sampaikan ke awak media yang di anggap keliru tersebut di harapkan untuk diperbaiki agar tidak menimbulkan kehebohan.
"Perbaiki beritanya bukan ribuan, heboh nanti," pintanya kepada Metrosulteng.
Seperti diketahui, HIV disebabkan bergonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual serta tidak menggunakan alat kontrasepsi, menggunakan jarum suntik yang telah dipakai oleh orang lain, menggunakan alat makan bersama-sama dengan penderita HIV, transfusi darah yang alatnya tidak steril.
Baca Juga: Penderita Malaria dan DBD di Morowali Meningkat, Warga Diminta Rutin Bersihkan Sanitasi Lingkungan
Sementara itu, dari pengamatan Metrosulteng, tingginya kasus HIV, khususnya di Kecamatan Bahodopi karena menjamurnya praktek prostitusi tersebung yang tak bisa terlacak kondisi kesehatan para pelaku. Hal ini bisa memicu penyebaran HIV yang luas.
Metro sulteng memantau, nampak berjamur praktik kegiatan yang di duga prostitusi berkedok spa berjejeran di sepanjang jalan utama trans sulawesi. Para pekerja spa diduga berasal dari luar daerah Morowali yang selama ini tidak terpantau kondisi kesehatan.
Spa tersebut umumnya belum terkonfirmasi apakah memiliki izin operasi dan memenuhi beberapa aspek seperti izin usaha, kesehatan, keamanan dan kualitas pelayanan serta belum diketahui apakah Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali, khususnya dinas terkait melakukan kontrol dengan fenomena ini.
Dalam kondisi seperti itu, Pemda Morowali dan pihak-pihak terkait harusnya duduk bersama mencari solusi untuk mencegah dan menekan angka HIV sebelum menyebar lebih luas kepada anak-anak Morowali, bukan menutup-nutupi angka HIV yang terus meningkat karena takut bikin heboh.***