METROSULTENG — Seorang warga Desa Torete, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, mengungkap awal mula polemik dana tali asih lahan mangrove yang telah dibayarkan oleh pihak perusahaan, PT Tekhnik Alum Service (TAS), namun hingga kini tak kunjung diterima masyarakat.
Warga yang meminta identitasnya dirahasiakan itu menjelaskan, pengukuran awal lahan mangrove dilakukan pada Januari 2025 oleh pihak perusahaan bersama pemerintah desa dan kecamatan. Tak lama setelah itu, dilakukan pengukuran ulang yang turut dihadiri oleh sejumlah pemilik lahan serta anggota BPD Torete.
Baca Juga: Polres Morowali Terus Lakukan Pendalaman Terkait Lahan Mangrove Torete
Menurut sumber tersebut, proses pencairan dana tali asih sebenarnya sudah terealisasi pada bulan yang sama.
“Di Januari itu sudah selesai semua tahapannya, karena di bulan itu juga sudah cair uangnya. Sudah jelas waktu itu, lahan mangrove seluas 42 hektar dengan dana tali asih sekitar Rp5 miliar, tapi dipotong Rp900 juta — ya taulah, dibagi-bagi mereka. Jadi tersisa Rp4,1 miliar yang masuk ke Kades dan Pak Abdilla,” ungkapnya kepada Metrosulteng, Sabtu (8/11/2025).
Ia menambahkan, pada awalnya masyarakat tidak mengetahui bahwa dana tersebut sudah cair sejak Januari. Barulah pada akhir Agustus, kabar itu mencuat setelah adanya informasi dari pihak perusahaan.
“Pak Sabardin waktu itu sudah dapat informasi dari PT TAS bahwa dananya sudah cair. Sekitar seminggu kemudian dibuat pertemuan untuk mengonfirmasi hal itu ke mantan Kades Ridwan. Dalam pertemuan, Ridwan dihubungi lewat telepon oleh sekdes dan mengakui bahwa memang sudah cair, tapi tersisa hanya Rp750 ribu dari Rp4,1 miliar. Di situ masyarakat gempar dan mulai demo,” jelasnya.
Sumber juga mengungkap bahwa dana Rp4,1 miliar tersebut merupakan gabungan dari kompensasi pemilik lahan dan dana tali asih lahan mangrove. Namun, yang mencengangkan, nama-nama pemilik lahan yang sebenarnya tidak tercantum dalam Surat Keterangan Tanah (SKT).
“Di SKT itu, semua nama fiktif, tidak ada satu pun nama pemilik lahan yang asli,” bebernya.
Terkait tudingan tersebut mantan Kepala Desa Torete, Ridwan, enggang menanggapi setiap upaya komfirmasi awak media, bahkan hingga artikel ini dipublikasikan.
Ridwan beralibi bahwa persoalan ini tengah ditangani pihak Kepolisian Polres Morowali dan menunggu proses hukumnya.
"Maaf, soal itu saya masih sementara menjalani proses untuk saat ini belum bisa saya kasi jawaban,"tandas Ridwan saat dikomfirmasi belum lama ini.