Mendengar itu, sang nenek tak kuasa menahan tangis. Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca seolah kehilangan sosok anak yang sangat perduli dengan keadaanya.
"Menangisma itu. Tiga malamka nanti tidak bisa tidur, karena kupikirki," lirihnya sambil mengusap air mata.
Zulkarnain pun berusaha menenangkan.
"Jangan menangis, Nek. Nanti tetap ada yang mengantarkan makanan buat nenek," ujarnya, menenangkan dengan suara pelan.
Sang nenek pun mengangguk pelan. AKBP Zulkarnain lalu meraih tangannya, menggenggamnya penuh hormat, lalu menciumnya sebagai bentuk pamit dan mohon restu.
"Ingatka ya, Nak ee," bisik sang nenek dengan suara lirih, seolah enggan melepaskan kepergian sosok yang selama ini begitu peduli padanya.
"Iya, Nek," jawab Zulkarnain sambil melambaikan tangan, melangkah perlahan meninggalkan rumah sang nenek yang selama ini ia perhatikan kehidupannya dengan penuh kasih.