METRO SULTENG-Ketidakcocokan di kerajaan hewan, Eagles dan Lions bertabrakan dalam semifinal Piala FA di Wembley pada hari Sabtu, saat Crystal Palace dan Aston Villa bertarung untuk mendapatkan hak bermain di bawah stadion itu lagi bulan depan.
Baik Nottingham Forest maupun Manchester City akan menjadi penghalang bagi sang pemenang untuk meraih ketenaran, sesuatu yang belum dapat diraih Palace dalam kompetisi bergengsi tersebut, sedangkan Villans berupaya mencapai final ke-12.
Pratinjau pertandingan :
Crystal Palace pernah dua kali berlaga di final Piala FA, dan dua kali pula mereka tumbang akibat superioritas Manchester United, pertama mengalami patah hati di edisi 1990 menyusul tayangan ulang dan kemudian mengalami kesengsaraan di perpanjangan waktu melawan Setan Merah 26 tahun kemudian.
Akan tetapi, kali ketiga mungkin akan menjadi keberuntungan bagi tim ibu kota, yang telah mengalahkan Stockport County, Doncaster Rovers, Millwall dan yang terbaru Fulham dalam perjalanan menuju kandang sepak bola Inggris, dengan mengalahkan yang terakhir dengan skor 3-0 dalam delapan pertandingan terakhir.
Jika sejarah semifinal Piala FA Eagles menjadi acuan, pasukan Palace punya banyak alasan untuk optimis; tim mereka mengalami kekalahan dan kemenangan secara bergantian dalam lima pertandingan sebelumnya di tahap turnamen ini, yang terakhir kalah dari Chelsea pada tahun 2022, yang menunjukkan bahwa kemenangan sudah di depan mata jika tren itu terus berlanjut.
Pasukan Oliver Glasner mungkin berangkat ke Wembley dengan catatan empat pertandingan tanpa kemenangan yang buruk, tetapi usaha mereka dalam hasil imbang 2-2 hari Rabu dengan Arsenal sangat gagah berani, seperti juga pertahanan kokoh mereka dengan 10 orang dalam hasil imbang tanpa gol sebelumnya dengan tim yang direndahkan Eropa, Bournemouth.
Berkat tendangan voli indah Eberechi Eze dan penyelesaian indah Jean-Philippe Mateta saat melawan Arsenal, Eagles juga telah mencetak banyak gol dalam delapan dari 10 pertandingan terakhir mereka di luar kandang mereka di Selhurst Park, dan pemenang Liga Europa 2021-22 Glasner tidak asing dengan supremasi sistem gugur.
Berita tim :
Tentu saja, rekan setim pria Austria Unai Emery juga telah mengumpulkan reputasi sebagai spesialis peraih trofi dari waktunya di Spanyol dan Prancis, dan manajer pemenang Liga Europa empat kali itu sekarang mencari penghargaan perdananya di sepak bola Inggris untuk ditambahkan ke koleksinya yang mengesankan.
Berkat mantan klub Emery, Paris Saint-Germain, trofi Liga Champions tidak akan dipajang di Villa Park musim depan, tetapi The Lions telah mengalahkan seluruh Preston North End, Tottenham Hotspur, West Ham United, dan Cardiff City untuk mencapai semifinal Piala FA pertama mereka dalam satu dekade.
Kemenangan 2-1 atas Liverpool pada tahun 2015 itu mendahului kekalahan telak 4-0 di tangan Arsenal di final, dan tim yang telah mengantongi tujuh Piala FA atas nama mereka sudah lama menantikan gelar kedelapan; kemenangan terakhir mereka di turnamen itu terjadi pada tahun 1957.
Akan tetapi, pencapaian tertinggi saat mengalahkan Newcastle United 4-1 akhir pekan lalu mendahului pencapaian terburuk saat kebobolan gol menit terakhir melawan Manchester City pada pertengahan minggu, di mana kekalahan menyakitkan 2-1 dari juara Liga Primer membuat The Lions tertinggal dua poin dari posisi Liga Champions .
Meski Crystal Palace kalah atau kalah di Piala FA, Lions tidak boleh memprioritaskan satu kompetisi di atas yang lain pada tahap akhir ini, tetapi rangkaian perolehan skor 17 pertandingan yang cemerlang di semua kompetisi membantu upaya mereka di kedua bidang.
Dendam juga akan tertanam kuat di benak tim Emery, yang tersingkir dari Piala EFL oleh Crystal Palace di awal musim ini dan juga menderita kekalahan telak 4-1 di Selhurst Park pada bulan Februari, yang semakin meningkatkan pertaruhan untuk pertandingan menarik di Wembley.