METRO Sulteng – Hampir setiap hari siang maupun malam antrian panjang kendaraan terus terjadi di sepanjang jalan di dua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ada di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah, yakni SPBU Kota Banggai dan SPBU Desa Timbong.
Hal itu dikarenakan stok bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite kerap ludes dalam waktu singkat.
Betapa tidak, berdasarkan informasi dan pantauan media ini dilapangan beberapa pekan terakhir ini, terlihat antrian panjang tersebut didominasi para pengendara yang mengisi BBM jenis pertalite secara berulang-ulang atau biasa disebut pelangsir. Nantinya BBM tersebut diduga ditimbun di salah satu tempat, seperi di belakang rumah atau didalam rumah. Yang kemudian dijual kembali kepada para pengecer.
Padahal jumlah pasokan BBM didua SPBU di Kabupaten Banggai Laut itu, berdasarkan informasi yang diterima Metro Sulteng, Selasa (7/11/2023), mendapatkan jatah 8 ton per hari.
Dari jumlah tersebut, harusnya BBM bersubsidi jenis pertalite ini lebih dari cukup untuk kebutuhan masyarakat umum. Namun kenyataannya masyarakat mengeluh kesulitan mendapat BBM pertalite di dua SPBU itu.
Pasalnya, menurut mereka, setiap ada stok BBM jenis pertalite masuk di SPBU Kota Banggai dan SPBU Desa Timbong, antrian kendaraan selalu membludak. Bahkan banyak kendaraan roda dua dan empat mengantri hingga malam hari.
Anehnya, kendaraan yang mengantri itu lebih didominan kendaraan itu-itu saja (diduga kendaraan milik pelangsir) setiap kali ada stok BBM pertalite.
Hal ini yang membuat masyarakat resah karena stok BBM bersubsidi kerap ludes hanya dalam waktu yang sangat singkat.
"Ada yang dua kali bolak balik, padahal kendaraannya sudah terisi," ucap sejumlah warga disela-sela antrian.
Mirisnya, disebutkan warga ada yang menggunakan dua kendaraan sekaligus. "Orangnya cuma sendiri, tapi kendaraannya dua," kata mereka.
Parahnya lagi, mereka menyebut, sampai saat saat ini belum ada pengawasan dan penertiban yang dilakukan, baik itu dari kepolisian maupun pemerintah daerah setempat terkait sulitnya mendapatkan BBM pertalite di dua SPBU itu, dan dugaan penyalahgunaan BBM pertalite.
Maka tak heran masyarakat setempat menilai pihak berwenang seakan menutup mata terhadap dugaan penyalahgunaan BBM bersubsidi yang sedang marak di Banggai Laut.
Sebab hal itu sudah terihat jelas dengan diperjual belikannya BBM jenis pertalite secara bebas di kios-kios dengan harga yang cukup tinggi Rp. 13.000 sampai 15.000 per liter.
Olehnya, warga berharap pihak kepolisian dan instansi terkait segera melakukan penertiban karena sudah sangat meresahkan dan merugikan. Sebab banyak masyarakat tidak bisa menikmati BBM bersubsidi di dua SPBU tersebut. Warga terpaksa harus membeli BBM pertalite di kios-kios dengan harga tinggi.
"Biar lagi banyak stok dari pertamina kalau tidak ditertibkan ini kendaraan (milik pelangsir) yang bolak balik mengisi, pasti tidak cukup. Jadi harus segera ditertibkan,” cetus warga dengan kesal. *(Ec)