METRO SULTENG - Seiring pemberitaan media ini berjudul "268 Merek Beras Diperiksa, Sebanyak 212 Tak Sesuai Standar Pemerintah, Mentan Minta Polisi dan Jaksa Turun Tangan".
Terkait pemberitaan tersebut, di sinyalir berbagai merek beras yang dipasarkan di daerah tambang nikel di Kabupaten Morowali Utara, Sulteng, diduga ada beras oplosan.
Bahkan ibu rumah tangga yang bergerak di bisnis kuliner ada yang mengeluh, kenapa tidak beras yang dimasak, setelah siap di konsumsi, tak lama rasanya jadi basi.
"Lupa mereknya, pekan lalu kami beli beras, disalah satu lapak penjualan beras, namun setelah di masak, saat mau di konsumsi dua jam setelah dimasak, rasanya sudah basi, padahal tidak seperti biasanya beras yang memang berkualitas, kadang masih di simpan sekitar 10 jam lamanya masih bisa di konsumsi karena tahan tidak cepat basi," ujar ibu Ina.
Hal senada di utarakan seorang penggiat bisnis kuliner, juga mengeluh, pasalnya, ketupat yang dimasak pada sekitar pukul 06:00 Wita, hanya sekitar dua jam sekitar pukul 08:00 Wita, rasa ketupat jadi basi dan berair,' ujar salah satu pemilik warung di Beteleme, Kamis (31/7).
Sementara harga beras dipasar perlahan merangkak naik, pantauan di lapangan, harga kisaran Rp 17.000/kg, sementara harga perliter dari harga Rp 12.000 sampai Rp 14.000 perliter untuk beras standar, beras dengan mutu terendah, bijinya berasnya ada warna kekuning-kuningan harganya kisaran Rp 10.000 perliter.***