ekonomi

REDESAIN INDUSTRIALISASI UDANG

Senin, 7 November 2022 | 04:34 WIB
Dr Hasanuddin Atjo, Ketua SCI Sulawesi. (foto: dok.pribadi)

Baca Juga: Teknologi, Regulasi Kendala Peningkatan Produksi Udang

Strategi kompetitor Vietnam dalam membangun daya saingnya patut menjadi referensi. Negara ini kuat dalam industri prosessing. Selain itu pasar domestik berkembang sangat pesat dengan sejumlah varian kuliner. Hampir senua resto
tersedia menu udang.

Vietnam saat ini menjadi importir bahan baku udang terbesar di Asia Tenggara untuk kebutuhan industri prosesing, selanjutnya di ekspor. Sumber bahan baku berasal dari India, Ekuador, Bangladesh, India dan terus mengalami peningkatan.

Selain jago di bidang prosessing, negara dengan ibukotanya Ho Chi Min, dahulu Saigon juga mumpuni dalam budidaya Tercatat poduksi udang budidaya di tahun 2021 sebesar 600 ribu ton, kalahkan RI sekitar 500 ribu ton (FAO, 2021).

Krisis global di tahun 2022, i tidak signifikan mempengaruhi harga udang di Vietnam, karena serapan pasar domestik yang tinggi. Dan tidak terkonsentrasi hanya pada pasar AS. Berbeda Indonesia yang hampir 70 persen bergantung ke pasar AS.

Adanya krisis ekonomi global, dan meningkatnya kebutuhan produk ready to cooke atau ready to eat, serta munculnya pendatang baru sebagai produsen udang, suka tidak suka, industrialisasi udang Nasional harus di redesain.

Sejumlah rekomendasi patut untuk didiskusikan dan dipertimbangkan agar Indonesia yang memiliki garis pantai hampir 40 kali Ekuador dan memiliki potensi tambak seluas 1,5 juta ha, seharusnya bisa menjadi produsen utama dunia. Sebagai catatan di 2021 produksi Ekuador dua kali RI 1,1 juta ton (FAO, 2021)

Pertama, diharapkan negeri ini bisa memperbesar market share produk olahan size kecil ke AS dan Jepang, serta membuka pasar baru. Selain itu memperluas dan meningkatkan pasar dalam negeri, memenuhi kebutuhan penduduk sekitar 275 juta jiwa.

Baca Juga: Produksi Udang Nasional 2 Juta Ton Dihadang Efisiensi, Standarisasi dan Investasi

Kedua, meningkatkan efisiensi dan efektifitas antara lain industrialisasi udang (hulu dan hilir) seharusnya berada di dalam satu cluster (pulau besar), dan tidak seperti sekarang. Diharapkan pendekatan seperti ini mutu udang akan lebih baik dan cost logistik lebih murah.

Dan tidak kalah pentingnya bahwa terjadi pemerataan penyerapan tenaga kerja, terutama di industri prosessing. Selain itu, akan terbuka peluang ekspor dan impor secara langsung ke negara tujuan ataupun sebaliknya.

Ketiga, mengurangi kontent impor seperti induk udang, tepung ikan, sarana dan prasarana pendukung budidaya yang diperkirakan hampir 60 persen. Mengundang investor merelokasi atau menggandakan pabriknya di setiap cluster, menjadi percepatan dari tujuan itu.

Keempat, mengembangkan sistem produksi budidaya udang di semua level teknologi (sederhana, semi , intensif dan supra intebsif ) antara lain penerapan dua atau tiga tahap budidaya yaitu menggunakan NP,
nursery pond atau karantina benih udang sebelum dibudidayakan di tambak.

Cara seperti ini menjadi salah satu kunci keberhasilan Ekuador, India maupun Vietnam. Kelebihan cara ini akan meningkatkan frekuensi penebaran maupun panen, jaminan tingkat keberhasilan serta berbagi risiko bisnis.

Kelima, meningkatkan sinergitas dan kaloborasi antar lembaga yang berada di sektor hulu maupun hilir yang selama ini sangat lemah dan tidak saling terbuka, saling curiga. Selanjutnya memangkas regulasi dan praktek yang menghambat investasi.

Halaman:

Tags

Terkini