ekonomi

Produksi Vaname Indonesia Hanya 385.000 Ton Disalib oleh India dan Vietnam, Diperlukan Roadmap Benahi Hambatan

Sabtu, 28 Juni 2025 | 19:19 WIB
Budidaya udang Vaname sangat berpotensi di Indonesia. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Merasa terkejut ketika melihat keragaan data produksi Udang Vaname dunia yang dirilis oleh narasumber Erwin Termaat (Kontali Norwegia) pada acara Shrimp Summit, yang berlangsung tanggal 22 - 25 Juni 2025, di Grand Hyyat Bali, Nusa Dua.

Termaat, memprediksi bahwa tahun 2025 produksi Vaname Indonesia hanya tumbuh plus 6 persen, yaitu naik menjadi 385.000 ton. Prestasi ini jauh dibawah ambisi target produksi udang 2 juta ton tahun 2024 yang direncanakan oleh KKP.

Sementara itu produksi Vaname India dan Vietnam diperkirakan pada tahun yang sama naik sebesar plus 5 persen menjadi 1.106.000 ton dan 704.000 ton. Selanjutnya Equador menjadi top produsen dengan produksi Vaname sebesar 1.538.000 ton dan tumbuh sebesar10 persen.

Baca Juga: Hasil Munaslub SCI, Diharap Membawa Perubahan dan Kemajuan Industri Udang

China saat ini merupakan konsumen udang terbesar. Dan hanya mampu memproduksi udang pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 992.000 ton dengan laju pertumbuhan plus 5 persen. Negara yang warganya senang konsumsi seafood diperkirakan kesulitan meningkatkan produksi karena keterbatasan lahan.

Negara ini, tahun sebelumnya masih harus mengimpor udang sebesar 1 juta ton, memenuhi kebutuhan warganya yang saat ini berjumlah 1,408 milyar jiwa dan berada pada urutan kedua setelah India. Dan peluang ini diperebutkan sejumlah negara produsen.

Equador jadi pemasok utama memenuhi kebutuhan tersebut dengan kontribusi hampir 70 persen, disusul oleh India dan Vietnam. Sementara Indonesia baru mamasok sebesar satu persen, sekitar 10.800 ton. Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan.

Ekspor udang Indonesia pada tahun 2024 sebesar 215 ribu ton, dan 70 persen diantaranya tujuan Amerika Serikat, sisanya tujuan Jepang dan Uni Eropa. Daya beli masyarakat Amerika dalam beberapa tahun terakhir cenderung turun karena resesi ekonomi. Ini jadi tantangan baru untuk pemasaran.

Selain itu, mengisi pasar China dan Uni Eropa serta Jepang menuntut mutu udang yang lebih tinggi. Bahkan ke pasar China udang mesti diproses dalam kondisi hidup yang pada saat ini dikenal dengan istilah shrimp live cooked.

Baca Juga: Kinerja Industri Udang Makin Merosot, Soal Internal Mesti Dibenahi dan Kebijakan Trump Dicari Solusinya

Jika berpatokan pada potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Negara Kepulauan ini, mestinya
Indonesia menjadi penghasil udang terbesar, mengingat memiliki garis pantai hampir 100 ribu km terpanjang kedua dunia.

Equador memiliki garis pantai yang pendek tidak lebih dari 3 ribu km, Vietnam 3,2 ribu km dan India sekitar 8 ribu km. Ini bermakna bahwa mereka bisa memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk kemajuan industri udangnya.

Sejumlah faktor fundamental yang dinilai menjadi hambatan meningkatkan kinerja udang Indonesia, dan harus menjadi perhatian serius. Harapannya agar Indonesia tidak lagi terus disalib oleh Negara yang baru belajar berbudidaya udang

Faktor fundamental itu antara lain; pertama pembenahan tatakelola memproduksi benur (benih urang) di hatchery. Hal ini berkaca pada realita bahwa hampir 60 persen benur yang diproduksi dan diedarkan saat ini berada dalam kondisi tidak sehat.

Halaman:

Tags

Terkini