ekonomi

Pangsa Pasar Udang RI Baru 1,9 Miliar USD, Penyakit dan Daya Saing Menjadi Persoalan, Tantangan Bagi Ispikani

Selasa, 27 Agustus 2024 | 08:01 WIB
Hasanuddin Atjo (paling kanan) saat menghadiri seminar nasional Ispikani di Jakarta.

Tujuan pasar juga menjadi soal karena sekitar 70 persen udang  kita ke AS, sisanya ke Jepang dan sangat sedikit ke UE. Beda dengan Equador yang hampir 70  persen tujuannya ke China, sisanya ke UE dan AS.

Pasar AS dominan menerima produk value added dengan mutu bahan baku belum jadi syarat utama. Karenanya India dan Indonesia lebih dominan memasarkan udangnya ke AS, karena ongkos tenaga kerja memproduksi value added di kedua negara ini masih lebih murah.

Sementara itu China meminta udang kualitas premium yang cukup di-cooking dan disebut live cook kemudian dibekukan dan diekspor. Cara seperti ini tidak ribet dan membutuhkan sedikit tenaga kerja dengan volume yang besar.

Saat ini, pasar udang ke AS diwacanakan dikenakan pajak anti dumping. Apabila rencana ini terealisasi, maka udang dari Indonesia akan dikenakan pajak sebesar 6,5 persen. Dan ini tentunya menambah HPP, berujung pada turunnya daya saing.

Baca Juga: Prospek Budidaya Udang di Sulteng Menarik Minat Besar Pengusaha Nasional

Setidaknya sejumlah masukan yang lahir dari seminar ini agar budidaya bisa  berkelanjutan:

1). Menetapkan buffer areal maupun produksi yang harus dipertahankan pada sentra budidaya dan berbasis cluster pulau besar dengan teknologi tradidional plus maupun semi intensif.

(2). Mendorong sektor swasta mengembangkan broodstock memproduksi induk bebas penyakit dengan line genetik fast, resistent dan balanced.

(3). Meningkatkan penerapan biosecurity di pembenihan antara lain menggunakan pakan induk berupa cacing yang SPF (spesific phatogen free). Peran budidaya penting, karena cacing umumnya dari alam yang terindikasi positif berpenyakit.

(4). Mendorong sektor swasta mengembangkan pabrik pakan fungsional, memicu immun dan pertumbuhan.

(5). Mendorong pengembangan industri nursery pada sentra sentra budidaya trasisional dan semi intensif.

(6). Memfasiltasi terbangunnya infrastruktur dasar (irigasi, jalan produksi dan listrik) di sentra sentra budidaya.

(7). Program capacity building para petambak dan pelaku utama.

(8). Penerapan integrated suply chain management system.

Baca Juga: UDANG 2 JUTA TON : Sebaiknya Prioritaskan Perbaikan Genetik, Sistem Budidaya dan Hilirisasi

Halaman:

Tags

Terkini