Kepindahan ibukota Negara ke Panajam Paser Utara, Kaltim, akan mengubah rute, volume, dan frekuensi penerbangan dari dan menuju IKN. Wilayah selat Makassar antara lain Gorontalo, Sulteng, Sulbar dan Sulsel, strategis menjadi Hub transportasi udara dan laut.
Sulawesi Tengah dinilai lebih berpeluang menjadi Hub udara dan sekaligus Hub laut. Namun ini semua berpulang kepada pemerintah daerah menyusun peta jalan moda transportasi darat, laut dan udara secara terintegrasi menuju IKN.
Satu ilustrasi yang sebaiknya didiskusikan peran Sulteng sebagai jembatan penghubung antara wilayah timur (Papua, Maluku dan lainnya) dengan IKN. Dari wilayah timur bisa menggunakan fery sejenis Fransisco berlayar menuju ke Kasimbar teluk Tomini, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Selanjutnya, para penumpang menggunakan tol darat (28 - 30 km) menuju wilayah Tambu di Kabupaten Donggala yang berhadapan dengan IKN. Dan dari Tambu penumpang kembali diseberangkan dengan fery.
Melihat data kecepatan fery terbaru (ro-ro) yang melayani Donggala menuju Balikpapan membutuhkan wakru sekitar 12 jam, maka diprediksi kecepatan kapal feey tersebut sekitar 15 knots atau setara 27 km/jam.
Bila diasumsikan kapal fery Fransisco dipergunakan untuk menyeberangkan penumpang, diprediksi waktu tempuh ke IKN dari Tambu hanya sekitar tiga hingga empat jam. Menjadi hal yang menarik didiskusikan.
Kesempatan ini kiranya bisa dimanfaatkan oleh Sulawesi Tengah melalui perencanaan terukur dan implementatif. Harapannya agar disparitas antar sektor dan antar daerah yang saat ini sering dibahas bisa ditekan.
Ditulis dalam perjalanan udara Batulicin ke Palu (Lion Air, 13 Juni 2024). ***