Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
Banyak waktu terbuang ketika terjadi perubahan rute pesawat terbang, dari bandar udara Mutiara Sis Al-jufrie Palu menuju tujuan akhir bandar udara Bersujud Batulicin, Tanah Bumbu, Kalsel.
Sebelumnya akses ke bandar udara Batulicin dari Palu biasa ditempuh selama empat jam, transit di bandar udara Sultan Hasanuddin Makassar, berahkir di Batulicin dengan harga tiket kurang dari dua juta rupiah.
Namun karena perubahan rute, waktu tempuh Palu - Batulicin menjadi 12 hingga 14 jam. Rute akhirnya menjadi lebih panjang yaitu dari Palu - Makassar - Surabaya - Banjarmasin dan kemudian ke Batulicin.
Baca Juga: Bincang Santai Dengan Gubernur Rusdy Mastura, Bahas Daya Saing Komoditi Pangan hingga IKN
Pilihan lain Palu - Makassar - Balikpapan - Banjarmasin dan berakhir di Batulicin. Akibatnya, harga tiket pun naik menjadi empat hingga lima juta rupiah. Dan kemudian situasi seperti ini dikeluhkan oleh sejumlah pengguna.
Transportasi laut akhirnya jadi alternatif pilihan penumpang, karena kurang dari 20 jam telah berada di Batulicin dari kota Makassar dan Parepare serta Kabupaten Barru, dengan harga tiket yang jauh lebih murah, sekitar ratusan ribu rupiah.
Selain langsung ke Batulicin, pilihan lain melalui Balikpapan yang bisa ditempuh sekitar 12 jam. Dilanjutkan menggunakan transportasi darat - non tol sekitar 6 jam. Waktu tempuh akan lebih singkat lagi apabila infrastruktur tol telah tersedia.
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi laut jadinya akan lebih murah dan terjangkau, tinggal bagaimana kenyamanan dan kecepatan kapal laut bisa ditingkatkan. Ini akan jadi daya tarik tersendiri.
Inovasi-teknologi transportasi laut pada saat ini berkembang pesat. Dilansir dari iNews. Id. bahwa di dunia terdapat enam produsen kapal cepat. Salah satunya perusahaan kapal laut Fransisco, memproduksi jenis kapal fery yang populer bagi masyarakat Indonesia.
Fery Fransisco berbeda dengan kapal fery umumnya, karena bisa melaju dengan kecepatan 57 knots atau 102,6 km/jam. Dan pada tahun 2013 mulai digunakan mengangkut orang dari Buenos Aries ke Uruguay dan sebaliknya. Saat itu kapal tersebut tercatat yang paling cepat.
Kurangnya penumpang karena investasi tidak berkembang, serta dicabutnya subsidi oleh daerah karena aturan melarang, menjadi faktor utama sejumlah bandar udara di Sulteng tidak beroperasi untuk sementara waktu.
Bandara tersebut antara lain di Tolitoli, Buol dan Tojo Una-una. Disisi lain moda transportasi darat dan laut masih terbatas dan kurang memadai dari dan menuju ke wilayah tersebut.
Jadwal kapal tidak setiap hari, ditambah lagi dengan kualitas infrastruktur jalan yang belum mendukung ikut menambah parahnya kondisi moda transportasi di Sulteng. (Catatan Palu- Buol membutuhkan waktu minimal 16 jam).