ekonomi

Dr. Atjo Ungkap Problematik Budidaya Udang Indonesia dan Gagas Paradigma Baru

Rabu, 22 Mei 2024 | 08:24 WIB
Dr Hasanuddin Atjo (kedua dari kanan) saat menjadi salah satu pembicara di acara seminar nasional tentang udang pada 18 Mei 2024 di Kota Palu, Sulteng. (Foto: Ist).

Pada saat rehat, Dr. Atjo sambil bercanda mengatakan bahwa problem budidaya udang di Indonesia bisa dianalogkan dengan mobil di "gas pool", mendaki menuju target produksi udang 2 juta ton yang telah dicanangkan. 

Kejadiannya, mobil sangat sulit bergerak untuk naik. "Hanya asap hitam yang keluar melimpah dari knalpot," ujarnya sambil menahan tawanya.

Mendengar asap hitam, semua peserta tertawa pecah. Ada yang sampai lari keluar ruangan karena terpingkal-pingkal.

Setelah situasi reda, Dr. Atjo melanjutkan komentarnya. Ini berarti ada yang keliru, perlu dicarikan solusi. Semua pasti ada jalan keluarnya. Ekuador juga pernah mengalami hal serupa. Dan mereka bisa keluar dari persoalan.

Produksi udang vaname negara itu, lanjutnya, pernah anjlok di bawah 100 ribu ton. Ini dikarenakan serangan penyakit bakteri dan virus. Dan setelah tahun 2000, negara ini secara perlahan, namun pasti mulai bangkit,  meningkatkan produksi udangnya hingga mencapai 1,2 juta ton.

Padahal, garis pantai negara ini hanya 2.237 km, dibandingkan Indonesia sekitar 99.083 km.

Prestasi yang dicapai Ekuador tentunya bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki areal budidaya tambak sekitar 400 ribu ha dari potensi 1,5 juta ha.

Baca Juga: Produksi Udang Nasional 2 Juta Ton Dihadang Efisiensi, Standarisasi dan Investasi

"Setidaknya ada empat strategi sebagai upaya Ekuador hingga mereka menjadi juara dunia dalam hal memproduksi udang," bebernya.

Foto bersama di acara seminar nasional udang di Kota Palu, 18 Mei 2024.
Pertama, fokus memproduksi induk udang di dalam negeri melalui rekayasa genetik atau improvement genetic.

Hal yang cukup menarik bahwa negara itu melarang  impor induk udang, tapi boleh mengekspor. Alasanya bahwa impor induk bisa membawa risiko, seperti masuknya penyakit dari luar ke wilayah Ekuador.

Pada saat ini, sejumlah breeding center di Ekuador telah memiliki induk dengan tiga line genetik (karakter), yaitu yang tumbuh cepat namun lemah terhadap perubahan lingkungan disebut dengan line Fast Growht.

Kemudian balance, seimbang antara laju pertumbuhan dan daya tahan. Dan yang terakhir disebut resistance, lebih tahan akan perubahan lingkungan tetapi lebih lambat dalam laju  pertumbuhan.

"Dengan ketersedian seperti ini, maka pembudidaya ada pilihan terhadap line genetik (karakter) yang bisa disesuaikan dengan kondisi lingkungan maupun dukungan infrastruktur usaha budidaya tambaknya," kata Dr. Atjo

Kedua, mengembangkan sistem budidaya udang multisteps, yaitu budidaya udang dua atau tiga tahap, yaitu melalui tahap nursery dilanjutkan budidaya di kolam  pembesaran pertama, bahkan ada yang sampai ke kolam pembesaran kedua.

Halaman:

Tags

Terkini