ekonomi

Bangga Ketika Bandeng Naik Kelas, Jadi Menu di Bandara Internasional

Minggu, 3 Maret 2024 | 10:49 WIB
Penulis, Dr. Hasanuddin Atjo, bersiap menyantap menu ikan bandeng tanpa duri di salah satu restorant di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. (Foto: Ist).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Hampir setiap minggu transit di Bandara International Sultan Hasanuddin Makassar, penuhi jadwal pekerjaan rutin yang digeluti pascapurnabakti sejak Juni tahun 2020.

Transit cukup lama, "kampung tengah" mendesak untuk diisi agar nanti tidak keroncongan. Karena umur sudah tidak muda lagi, maka menu makanan yang dipilih tentunya yang aman dan disesuaikan dengan umur.

Ikan bandeng bebas duri paling sering dipilih menjadi menu sarapan ataupun makan siang. Dan menurut pelayan restoran, bandeng bebas duri salah satu menu favorit, karena tersedia dalam berbagai varian mulai goreng cryspi, bakar, palumara dan lainnya.

Baca Juga: Hilirisasi Pertanian di Sulteng Dinilai Strategis dan Penting Bagi Kesejahteraan Rakyat

Ada rasa bangga ketika dapat informasi seperti itu, karena selama ini bandeng terkesan ikan "murahan". Mungkin saja karena sering dijumpai berbau lumpur ditambah duri halusnya lumayan banyak pada saat dikonsumsi menjadi sebab kurang peminat.

Daya tarik dari menu ini selain rasanya enak, memang sudah tidak berduri lagi, karena telah dicabut sebelumnya dengan cara manual mempergunakan pinset dan juga tenaga kerja manusia. Ini sama halnya jika menikmati stik daging salmon, tuna atau sapi yang populer.

Untuk menaikan kelas maupun memperluas pasarnya, inovasi sajian menu bandeng tentunya harus ditumbuhkembangkan dengan bahan baku daging bandeng bebas duri.

Dari aspek gizi daging bandeng kaya lemak omega 3 maupun 6, bersaing dengan Salmon yang harus impor dari Norwey yang umumnya mengisi menu papan atas, di Hotel, Restoran dan Mall karena harga yang tergolong mahal.

Di Surabaya dan Makassar bandeng tanpa duri disebut bandeng "tandu". Di kota Palu, Sulawesi Tengah diberi nama "baberi", bandeng bebas duri (pemberian nama oleh penulis saat menjabat Kadis KP). 

Cabut duri bandeng merupakan inovasi lama, diperkenalkan di Indonesia belasan tahun lalu. Inovasi tersebut berasal dari negara Philipina yang dikenal sebagai salah satu dari sentra dan pionir budidaya bandeng dunia bersama dengan Taiwan Indonesia, Tiongkok, dan Hawai. 

Baca Juga: Budidaya Ikan Nila Strategis dalam Penyediaan Protein dan Membuka Lapangan Kerja

Bahkan negara ini mengimpor benih bandeng dari Indonesia terutama Bali dan Jawa Timur. Tercatat pada tahun 2021 dari Bali diekspor nener 3,4 miliar ekor dan tahun 2022 sebesar 4,1 miliar ekor dan sekitar 91% tujuan Philipina (BKIPM Bali).

Tahun 2022 produksi bandeng Philipina sebesar 387, 96 ribu ton (Philipina riset statistik, 2024). Sementara itu produksi bandeng Indonesia pada tahun yang sama sebesar 779 ribu ton (KKP, 2023). Padahal garis pantai Philipina 36.329 km, sepertiga panjang garis pantai Indonesia

Proses budidaya dilakukan di tambak payau, karamba jaring apung serta di karamba jaring tancap yang berada di pesisir. Sementara di Indonesia masih dilkakukan di tambak-tambak air payau dengan teknologi tradisional. Penggunaan Jaring apung dan jaring tancap sangat sedikit. Padahal potensinya sangat besar.

Halaman:

Tags

Terkini