Bangga Ketika Bandeng Naik Kelas, Jadi Menu di Bandara Internasional

photo author
- Minggu, 3 Maret 2024 | 10:49 WIB
Penulis, Dr. Hasanuddin Atjo, bersiap menyantap menu ikan bandeng tanpa duri di salah satu restorant di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. (Foto: Ist).
Penulis, Dr. Hasanuddin Atjo, bersiap menyantap menu ikan bandeng tanpa duri di salah satu restorant di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. (Foto: Ist).

Meskipun produksi bandeng Philipina separuh Indonesia, namun produknya dominan mengisi pasar ekspor karena mutu dan bisnis hilirnya yang sangat berkembang termasuk bandeng bebas duri.

Mereka juga mengembangkan industri surimi, adonan daging bandeng sebagai bahan baku membuat produk lain seperti bakso ikan, nuget dan bubur bandeng secara cepat, massal dan terjangkau.

Berdasarkan ulasan ini, maka Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, komoditi bandeng seyogianya dijadilan salah satu komoditi utama untuk dikembangkan selain udang, rumput laut maupun ikan nila dengan pendekatan hilirisasi.

Sejumlah alasan mendasari hal tersebut. Pertama sumberdaya alam yang tersedia, antara lain memiliki tambak tradisional kurang lebih 350 ribu ha. Belum termasuk wilayah pesisir yang bisa digunakan untuk karamba jaring tancap dan apung.

Baca Juga: Teknologi Budidaya Udang ala Ekuador, Telah Diujicobakan di Kabupaten Parigi Moutong Sulteng

Kedua, Indonesia telah menjadi produsen nener terbesar dumia dan setiap hari produksi nener di Bali antara 12 - 15 juta ekor. Belum lagi dari provinsi lainnya seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan lainnya.

Ketiga, mudah dibudiyakan dan tahan terhadap penyakit sehingga kadangkala produksi over suply yang menurunkan harga jual diakibatkan kurang berkembangnya hilirisasi yang kini menjadi isu seksi dan PR bersama.

Hilirisasi seperti bandeng bebas duri akan memberi nilai tambah. Selain harganya per kg bisa naik 100%, juga ada hasil ikutan berupa tulang dan duri halus sebagai sumber kalsium yang baik untuk kesehatan.

Hal yang tidak kalah menarik bahwa upah cabut duri antara 1200 - 1500 rupiah per ekor. Tenaga terampil per jam dapat mencabut duri sebanyak 12 ekor. Bila mereka bekerja rata rata 6 jam per hari, maka ada pendapatan 86.400 - 108.000 rupiah per hari .

Ini strategis mengurangi angka TPT, tingkat pengangguran terbuka, yang masih tergolong tinggi dan sekaligus upaya meningkatkan NTP pumbidaya ikan yang secara nasional juga tergolong masih rendah.

Baca Juga: Daya Saing Udang Terkendala Lemahnya Integrasi Hulu-Hilir dan Digitalisasi

Mendorong pengembangan industri hilir lainnya seperti surimi, memudahkan membuat produk turunan makanan siap saji sekaligus bisa menjaga stabilitas harga. Surimi sangat relevan dengan program makan siang gratis yang akan dimulai tahun 2025, ini sejalan dengan penurunan angka stunting yang pada saat ini masih sekitar 24% diatas rekomendasi FAO 20%

Berkaitan dengan tujuan itu pemerintah harus melakukan review desain terhadap peta jalan industri bandeng nasional yang sudah pernah dibuat. Dan selanjutnya masing-masing daerah melakukan penyusunan atau review peta jalannya. ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X