ekonomi

Hilirisasi Nikel Picu Gagalnya Ketahanan Pangan Lokal di Morowali Utara

Kamis, 22 Februari 2024 | 21:08 WIB
Lahan persawahan di Kabupaten Morowali Utara, Sulteng. (Foto: Ist).

METRO SULTENG - Desa Bunta Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara (Morut), Sulawesi Tengah, yang bersentuhan langsung dengan geliat industri smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industri (GNI), kini menjadi pusat roda ekonomi yang membanggakan.

Morowali Utara saat ini menjadi surga bagi pelaku ekonomi maupun tenaga kerja, yang ingin mengais rezeki di industri nikel.

Baca Juga: Kekalahan Mantan Bupati Donggala Dua Periode Kasman Lassa di Pileg 2024 Adalah Efek dari Pembunuh Sang Jawara

Tapi ada anomali di balik hal tersebut. Sangat disayangkan kehadiran hilirisasi nikel tidak selaras dengan program ketahanan pangan lokal. Buktinya, hampir semua kebutuhan pokok harus didatangkan dari luar. 

Praktis, membuat harga kebutuhan pokok jadi serba mahal. Kebutuhan pangan ribuan tenaga kerja industri nikel mau tidak mau, harus didatangkan dari luar Morowali Utara. Bahkan didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Tengah.

Sementara lahan persawahan yang ada di Desa Bunta, lokasi smelter PT GNI, tercatat ada sekitar 104 hektar. Beberapa lahan itu saat ini telah beralih fungsi dengan bertumbuhnya indekos (rumah kos) yang kebanyakan dihuni karyawan smelter PT GNI.

Menurut Kepala Desa Bunta, Christol Lolo, SP, lahan persawahan di Desa Bunta tercatat seluas sekitar 104 hektar. Namun yang produktif hanya sekitar 30-an hektar.

"Musim tanam padi hanya sekali setahun. Atau disebut tadah hujan. Itupun tergantung iklim atau cuaca yang bisa mendukung pertumbuhan padi petani. Sementara untuk pengembangan palawija di musim kemarau, juga tidak maksimal karena kondisi kelembaban tanah," kata Kepala Desa Bunta ditemui Kamis (22/2/2024) di Bunta.

Baca Juga: Rekapitulasi Suara di Tingkat Kecamatan Terus Berlangsung, Perindo Palu Terjunkan Tim

Meski begitu, kata Kades Bunta, sejak kehadiran PT GNI tahun 2019 ditambah masuknya PT NNI, roda ekonomi di Desa Bunta semakin menjanjikan.

"Efek dominonya memang banyak. Terutama bagi warga lokal maupun pelaku ekonomi yang datang mendirikan lapak-lapak jualan," aku kades.

Warga setempat yang dulunya kebanyakan bercocok tanam padi ladang maupun padi sawah atau padi lahan gambut, saat ini lebih memilih alih profesi.

Ada yang jadi karyawan smelter, ada juga yang memilih membangun rumah kos, sehingga perputaran ekonomi di Bunta meningkat tajam seiring hadirnya industri nikel.

"Dulunya petani sawah disini hasil panennya sulit untuk dipasarkan. Karena hasil panen kebanyakan untuk konsumsi sendiri. Efek kehadiran industri nikel, benar-benar mendorong pundi-pundi ekonomi warga setempat," katanya.

Baca Juga: Dua Orang Nelayan di Tojo Unauna Ditangkap Polisi Saat Sedang Asyik Nyabu

Namun demikian, masih banyak lahan pertanian berfungsi dengan baik. Seperti tanaman kelapa sawit, jagung, sayur mayur jenis kacang panjang, kangkung dan sayur lainnya.

Halaman:

Tags

Terkini