METROSULTENG – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mengambil peran dalam Conference of the Parties (COP 30) Perubahan Iklim UNFCCC yang berlangsung pada 10–21 November 2025 di Brazil. Sebagai kawasan industri berbasis mineral dengan aktivitas intensif, IMIP menyadari potensi fragmentasi ekologi yang dapat muncul. Karena itu, menjaga keanekaragaman hayati serta memperkuat konektivitas ekosistem menjadi fondasi strategis bagi keberlanjutan investasi jangka panjang perusahaan.
Director CSR & Environmental PT IMIP, Dermawati S., menjelaskan bahwa IMIP telah menerapkan Biodiversity Action Plans (BAP) sebagai peta jalan perlindungan lingkungan. Program ini berfokus pada perlindungan habitat kritis, pemulihan area terdegradasi, serta membangun keterhubungan ekologis antara zona alami dan kawasan industri. Upaya tersebut dilakukan melalui kolaborasi dengan komunitas lokal, akademisi, dan pemerintah.
“Melalui BAP, kami mendorong terciptanya koridor keanekaragaman hayati yang memungkinkan migrasi spesies, mendukung pengembangan ekosistem, dan meningkatkan ketahanan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim,” ujar Dermawati saat sesi talkshow di Paviliun Indonesia, COP 30 UNFCCC, Belem, Brazil, 20 November 2025.
Ia menjelaskan, konservasi biodiversitas diintegrasikan sejak tahap desain operasional melalui pemetaan habitat dan studi ekologis guna mengidentifikasi area sensitif. Pendekatan tersebut menjadi bagian dari pemenuhan regulasi nasional, standar Good International Industry Practice (GIIP), serta panduan Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial 2015 dari IFC.
“Kami telah merealisasikan program reboisasi dan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat sebagai upaya memulihkan ekosistem penyerap karbon, sekaligus menjaga mata pencaharian warga,” terangnya.
Sejak 2018 hingga 2025, IMIP menanam 70.188 bibit mangrove di sejumlah desa sekitar kawasan, dengan luasan total 5,62 hektare dan potensi penyerapan karbon 8.828,65 tCO₂e. Di Palu, Sulawesi Tengah, IMIP menanam 10.000 bibit mangrove (penyerapan karbon 2.104 tCO₂e) dan pada program nasional di Brebes, Jawa Tengah, perusahaan menanam 30.000 bibit dengan potensi penyerapan 10.550,55 tCO₂e. Keseluruhan upaya ini merupakan bagian dari target penanaman 150.000 bibit mangrove hingga 2026.
Baca Juga: Imigrasi Perkuat Reformasi Layanan melalui Peluncuran Sistem Kerja Baru di TPI
Dermawati menambahkan, IMIP menerapkan pemantauan berkelanjutan dan manajemen adaptif untuk merespons dinamika ekologi. Menurutnya, konservasi bukan hambatan pertumbuhan industri, tetapi mendorong inovasi dan ketahanan perusahaan. “Dengan memasukkan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati ke dalam strategi bisnis, kami menunjukkan bahwa pembangunan industri dan perlindungan lingkungan dapat berjalan sejajar,” katanya.
Selain memperkuat ekosistem, IMIP juga membangun kemitraan konservasi berbasis komunitas. Upaya mitigasi terestrial dilakukan melalui penghijauan dan pengembangan IMIP EduPark seluas 23 hektare yang berfungsi sebagai pusat konservasi, pendidikan, penelitian, dan habitat satwa endemik Sulawesi. IMIP bersama BKSDA dan komunitas lokal telah merelokasi 20 Macaca ochreata (monyet digo) ke Taman Wisata Alam Tokobae pada April 2024. Di wilayah pesisir, perusahaan melakukan penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang di Desa Mbokita, Pulau Sombori.
Dalam agenda transisi energi, IMIP bertahap menggunakan alat berat bertenaga listrik, termasuk 130 truk angkut listrik dan 105 wheel loader. Bersama tenant, IMIP mengembangkan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi termal dari pabrik asam sulfat serta listrik berbasis gas buangan industri. IMIP juga bekerja sama dengan PT Tsingshan membangun PLTS di Kanal Fatufia seluas 4.386 m², menggunakan 2.190 panel surya berkapasitas 1,27 MWp untuk memenuhi kebutuhan energi hijau gedung dan pabrik.
“Sebagai kawasan industri yang mendukung hilirisasi nasional, kami berkomitmen mengurangi emisi, memperkuat pengelolaan limbah, melestarikan biodiversitas, dan meningkatkan ketahanan komunitas. Sebagian program masih berjalan, tapi kami pastikan semuanya menuju standar keberlanjutan global,” tegas Dermawati.
Baca Juga: Pemkab Donggala Salurkan 1,2 Ton Ikan Segar untuk Tekan Stunting
Ia menilai COP 30 menjadi momentum memperkuat aksi nyata mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Ini bukan sekadar pemenuhan kewajiban perusahaan, tetapi usaha menjaga konektivitas ekosistem agar pertumbuhan ekonomi selaras dengan keberlanjutan kehidupan di bumi,” tutupnya.