Ekonomi Tumbuh Tinggi Tak Menjamin Daya Beli, Realita Makanan dan Produk Murah Diserbu Warga

photo author
- Minggu, 26 Oktober 2025 | 10:02 WIB
Hamparan sawah yang baru saja selesai panen. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: IST).
Hamparan sawah yang baru saja selesai panen. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: IST).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

Tahun 2045 setelah seratus tahun merdeka, pendapatan setiap warganegara diharap mencapai $US 30.300 dollar dari sebelumnya $US 4.986 dollar (tahun 2024). Mencapai target ini tentu dubutuhkan kerja ekstra ordinary yang terstruktur dan terukur.

Tersisa dua puluh tahun lagi mencapai target itu. Salah satu skenario yang ditempuh pemerintah untuk itu adalah memacu laju pertumbuhan ekonomi menjadi 8 % setiap tahunnya dari sebelumnya sebesar 5,03 % (tahun 2024).

Pertanyaan kemudian apakah pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta merta mampu meningkatkan daya beli? Ini tentu perlu dikaji dan analisis agar memperoleh gambaran yang kemudian bisa menjadi bahan pertimbangan.

Baca Juga: Tidak Terjebak Akuntabilitas dan WTP, Daerah Mesti Fokus pada Perbaikan Fiskal

Mengacu pada pertumbuhan ekonomi daerah yang berada diatas dua digit, tentunya bisa memberi gambaran apakah pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan daya beli warganya.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada masa lampau pernah mencapai angka dua dijit sebesar15,56 % ( 2015), akan tetapi pertumbuhannya kurang berkualitas. Menonjol pada sektor usaha tertentu saja, tidak merata pada 17 sektor usaha.

Tahun 2024 ekonomi daerah ini tumbuh masih tinggi yaitu sebesar 9,89. Sektor industri pengolahan berkontribusi (41,18%), disusul oleh sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (15,80%).

Sektor Pertambangan dan Penggalian berkontribusi (14,64%). Kemudian sektor konstruksi (8,32%), diikuti sektor perdagangan besar dan eceran (5,77 %). Kelima sektor ini berkontribusi 85,72%  terhadap PDRB.

Baca Juga: Fiskal Daerah Terbelenggu Karena Program Asal Jadi, Alarm Keras Perlu Disikapi

Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan sektor bisa mempekerjakan hampir 65% warga Sulteng, namun kontribusinya terus menurun dari tahun ke tahun

Belasan tahun sebelumnya kontribusi sektor ini tembus hingga 40 %, namun pada saat ini kurang separuhnya, tinggal 15,80% dengan laju pertumbuhan pada tahun 2024 hanya sebesar (1,93 %).

Sementara itu sektor industri pengolahan tumbuh sebesar (19,12%), jasa keuangan dan asuransi sebesar (11,48 %), penyediaan akomodasi dan makan minum (7,58 %) serta
Pertambangan Penggalian tumbuh sebesar (6,19 %).

Menurunnya daya beli warga antara lain disebabkan oleh turunnya laju pertumbuhan, berkurangnya kontribusi dari sektor pertanian, perikanan dan kehutanan serta tingkat inflasi yang sering tidak bisa terjaga akibat kebijakan dan situasi yang membuat biaya produksi dan ongkos logistik melambung.

Baca Juga: Kebutuhan Ikan Nila Sulteng Dipasok Gorontalo dan Sulsel, Peluang dan Tantangan Program BERANI Tangkap Banyak

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X