Pasca Terpapar Radioatif dan Antibiotik, Tantangan Industri Udang Perlu Dibenahi Secara Holistik dan Totalitas

photo author
- Kamis, 9 Oktober 2025 | 09:10 WIB
Budidaya udang vaname. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).
Budidaya udang vaname. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: Dok).

Pembenahan di sektor off farm hulu dimulai dengan mendorong investasi swasta membangun industri induk, dalam hal ini NBC (Nucleus Breeding Center), berfungsi sebagai fasilitas rekayasa genetik. Selanjutnya secara simultan didorong investasi BMC (Breeding Multification Center) sebagai fasilitas yang berfungsi memperbanyak induk yang berasal dari NBC.

Industri induk sangat penting dalam upaya meningkatkan produksi dan ekspor udang. Selama ini induk udang Jenis Vaname sebagian besar harus didatangkan dari NBC- BMC di Hawai dan Florida dengan ongkos logistik yang cukup tinggi.

Baca Juga: Kinerja Industri Udang Makin Merosot, Soal Internal Mesti Dibenahi dan Kebijakan Trump Dicari Solusinya

Investasi industri pakan induk udang, berupa cacing laut polychaeta hasil budidaya dan bebas penyakit sangat mendesak. Mengingat saat ini hampir semua hatchery udang hanya mengandalkan cacing hasil tangkapan alam yang tidak steril, karena telah terkontaminasi penyebab penyakit virus dan bakteri. Sementara itu impor cacing beku steril harganya cukup mahal.

Hatchery sebagai penghasil benur mesti distandarisasi. Harus ada pembinaan dan pengawasan terhadap unit produksi benur. Hatchery yang belum terstandarisasi
tidak diperkenankan untuk memproduksi benur.

Di sektor on farm (budidaya) harus terbangun satu budaya mitigasi. Pembudidaya harus mengecek kesehatan benur sebelum ditabur, mengingat benur yang beredar sebagian besar dalam kondisi tidak sehat, terkontaminasi bakteri dan virus.

Pemerintah juga sebaiknya mendorong budaya menabur benur ukuran juvenil ( berat antara 0,3 - 0,5 gr per ekor). Karenanya perlu investasi pembangunan nursery yang standar guna menproduksi benur ukuran 0,3 - 0,5 gr. Dan sebelum ditabur kembali dichek kesehatannya.

Teknologi treatment air baku untuk budidaya perlu menjadi perhatian. Inovasi ciptakan infrastruktur sterilisasi air dalam negeri yang murah seperti teknologi UV serta Elektrolisis perlu didorong agar tidak lagi menggunakan bahan kimia.

Budaya membangun instalasi pengolahan air buangan dari tambak perlu terus didorong agar peningkatan kandungan bahan organik di laut (pada air sumber budidaya) mampu ditekan.

Pada sektor off farm hilir, standarisasi pabrik olahan dan penerapan SOP (Standar Operasional Presedur) perlu dievaluasi dan dibina serta diawasi. Selanjutnya Investasi untuk memenuhi standarisasi itu tentu diperlukan.

Budaya menguji mutu bahan baku udang sebelum diproses mutlak dilakukan oleh pabrik pengolahan. Bahkan sebelum dipanen di tambak sebaiknya upaya ini dilakukan agar bisa mengurangi risiko serta menciptakan efek jera.

Baca Juga: Apakah Bisnis Udang Masih Prospek Ditengah Hantaman Penyakit dan Anjloknya Harga?

Meningkatkan mutu produk dan membuka pasar baru serta memperbesar Volume ekspor ke Tiongkok, Jepang dan Uni Eropa menjadi salah satu strategi mengurai akan ketergantungan ke pasar AS.

Dukungan regulasi sangat diperlukan guna membangun daya saing industri udang nasional. Tanpa dukungan tersebut pelaku usaha tidak mampu membangun daya saing industrinya.

Regulasi moneter antara lain penggelontoran dana sebesar Rp 200 triliun kepada bank operasional dinilai sebagai peluang bagi pelaku industri di udang sektor off farm dan on farm guna memperbaiki kinerjanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X