METROSULTENG — Pemerintah Daerah (Pemda) Luwu Timur bersama PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) menegaskan komitmen mereka dalam memulihkan dampak kebocoran pipa minyak di Kecamatan Towuti. Melalui forum pemaparan yang digelar pada Sabtu (6/9/2025), enam desa terdampak — Lioka, Langkea Raya, Baruga, Wawondula, Matompi, dan Timampu — mendapatkan penjelasan langsung terkait skema kompensasi dan langkah pemulihan.
Dalam forum yang dipimpin Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, disampaikan bahwa masa tanggap darurat diperpanjang hingga 12 September 2025. Perpanjangan ini dilakukan untuk memastikan proses pembersihan, penanganan dampak, dan pemulihan berjalan tuntas dan transparan.
“Insya Allah kami kawal sampai selesai. PT Vale sudah menyatakan komitmennya, dan apa yang menjadi harapan masyarakat akan terus diupayakan agar terjawab dengan solusi terbaik,” tegas Bupati Irwan.
Direktur sekaligus Chief of Sustainability & Corporate Affairs PT Vale, Budiawansyah, menegaskan bahwa perusahaan memposisikan diri sebagai mitra masyarakat. “Kami mengikuti arahan pemerintah, memperkuat kolaborasi dengan Pemda, para ahli, dan seluruh pemangku kepentingan. Pemulihan dilakukan dengan pendekatan ilmiah, prinsip transparansi, dan dengan hati untuk masyarakat,” ujarnya.
Sejak hari pertama pasca-insiden, tim gabungan Pemda Luwu Timur, BPBD, camat, dan PT Vale melakukan asesmen lapangan. Dampak kerusakan diklasifikasikan dalam beberapa kategori: sawah, kebun, empang, ternak unggas, ternak besar, nelayan, dan sumur air, dengan tingkat keparahan rendah, sedang, hingga tinggi. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, skema kompensasi dirancang agar penanganan warga terdampak sesuai kondisi nyata di lapangan.
Kepala Desa Lioka, Yuliana, mengapresiasi langkah pemerintah dan PT Vale. “Keputusan ini sangat bijaksana. Warga lebih tenang karena ada kepastian, dan kami berharap tindak lanjutnya nanti betul-betul jelas dan bersih di lapangan,” katanya.
Baca Juga: CATAT! Klaim Stok Melimpah, Mentan Tegaskan Tak akan Impor Beras
Senada, Kepala Desa Timampu, Samsul, menyebut kekhawatiran petani kini mulai terjawab. “Banyak warga menunda panen karena khawatir sawahnya terdampak. Setelah mekanisme kompensasi dijelaskan, mereka lebih tenang untuk panen,” ungkapnya.
Head of External Relations PT Vale, Endra Kusuma, menambahkan bahwa pemulihan Towuti tidak hanya soal kompensasi. “Komitmen kami sama sejak awal: menjawab keresahan masyarakat dengan solusi terbaik. Selain kompensasi, kami melibatkan tim ahli independen untuk memastikan tidak ada dampak sosial, kesehatan, maupun lingkungan yang tersisa,” tegasnya.
Dengan perpanjangan masa tanggap darurat hingga 12 September, Pemda Luwu Timur dan PT Vale memastikan langkah pemulihan dilakukan secara terukur, transparan, dan melibatkan semua pihak. Targetnya, Towuti benar-benar pulih, dan aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan normal dan berkelanjutan.***