Tahun 2024 Vietnam menjadi raja baru di pasar durian global dengan nilai ekspor mencapai US$ 3,3 miliar atau setara Rp 53,6 triliun (kurs Rp 16.266). Nilai ekspor itu naik 7,8 kali lipat dibanding dengan tahun 2022.
Baca Juga: Orang Tiongkok Peminat Nomor 1 Durian Sulteng , Gubernur Rusdy Mastura Temui Menko Luhut
Keberhasilan Vietnam dalam memanfaatkan peluang pasar yang tetus meningkat, karena mampu menjaga konsistensi produksi dan mutu premium. Apalagi mereka cenderung memproduksi durian organik.
Vietnam semakin memperkuat posisinya melalui perjanjian perdagangan strategis dengan China yang diawali dengan kesepakatan protokol ekspor pada tahun 2022 lalu.
Protokol itu antara lain SOP peningkatan produksi dan peningkatan kualitas, inovasi dan teknologi, pascapanen dan pembukuan modern bermuara pada luaran produk berstandar keamanan pangan tinggi.
Sementara itu, negeri bergelar negara Kepulauan - Indonesia, menghadapi kesulitan dalam bersaing di pasar durian global. Pada 2023, nilai ekspor durian Indonesia hanya mencapai US$ 1,07 juta, jauh di bawah Thailand mapun Vietnam.
Bahkan Indonesia kesulitan melakukan ekspor langsung ke China karena sulit memenuhi persyaratan ekspor, antara lain jaminan suplai dan mutu serta standar keamanan pangan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Pamer Durian dari Banggai Kepulauan Sulteng untuk Menu Buka Puasa
Karena itu ekspor durian dari Indonesia harus transit di negara lain seperti Thailand. Dan ini tentunya mengurangi margin yang diterima petani durian karena rantai tataniaga yang panjang.
Berkaca ketertinggalan dari Thailand dan Vietnam, maka seyogyanya Indonesia menyusun peta jalan (roadmap) agar juga bisa menjadi raja durian dunia baru menyusul Thailand dan Vietnam.
Peta jalan dirancang melalui pendekatan hulu-hilir. Dimulai dengan inovasi dan teknologi perbanyakan bibit tanaman sistem kloning agar nantinya bisa bersaing di pasar global.
Selanjutnya, dukungan sarana dan prasarana seperti pupuk organik yabg terstandarisasi, teknologi mekanisasi yang berbasis digital dan skenario mempersiapkan SDM. Inovasi dan teknologi produksi, serta pascapanen dan pemasaran menjadi bagian peta jalan yang harus dikaji.
Peta jalan nasional tersebut nantinya diprioritaskan untuk diimplementasikan pada 10 provinsi penghasil durian utama di Indonesia setelah melalui penyesuaian. Daerah penghasil utama tentu harus merespons.
Baca Juga: Bukan Hanya Dibanjiri Tenaga Kerja, Morowali Utara juga Banjir Durian
Berdasarkan Databoks (2022) produksi durian 10 privinsi itu adalah Jawa Timur (419.480 ton), Sumatera Barat (314.119 ton), Jawa Tengah (211.898 ton), Sumatera Utara (109.944 ton) , Jawa Barat (80.334 ton).