METRO SULTENG-Banjir Bandang yang menerjang 7 Desa di Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kamis (28/7) malam, menewaskan 7 orang warga dan merusak ratusan rumah serta memaksa 1.800 jiwa mengungsi.
Memasuki hari ke tiga pasca bencana, Sabtu (30/7) di lokasi bencana ditemukan banyak potongan kayu glondongan yang dibawa banjir bandang.
Baca Juga: Cabe Rawit di Pasar Beteleme Harganya Pernah Pedas, Ini Kata Pedagang
Baca Juga: Tim SAR Terus Lakukan Pencarian Korban Hilang Banjir Bandang Torue Parigi Moutong
Baca Juga: Makanan Paling Pedas di Indonesia ada 6 Jenis Ini, Jangan Sampai Salah Pilih
Dari pantauan media ini dilokasi banjir, potongan kayu-kayu ukuran besar dan kecil itu menjadi pemandangan dipinggiran jalan trans sulawesi poros Parigi-Palu, bahkan tumpakan potongan kayu banyak berserakan diantara rumah-rumah warga korban banjir. Ada juga yang terlibat menumpuk dimuara dan tepi pantai Torue.
Saat dilihat dari dekat, ada beberapa potongan pohon tebangannya rapi seperti habis digergaji senso. Bahkan, dipinggir jalan Trans Sulawesi ada tumpukan batang pohon besar yang sempat menutup jalan. Batang pohon itu telah disingkirkan dipinggir jalan.
Baca Juga: Daftar Negara Terancam Bangkrut Setelah Sri Lanka, Indonesia?
Baca Juga: Ini Titik Pengungsi di 7 Desa Terdampak Banjir Bandang di Torue Parigi Moutong
Baca Juga: Kejati Sulteng Tahan 2 Tersangka Dugaan Korupsi Pembangunan Stadion
Potongan batang pohon besar itu dibawah arus banjir bandang yang berasal dari gunung hutan diatas kecamatan Torue yang diduga habis dibabat. Selain itu, diatas gunung hutan Torue diduga ada aktifitas pertambangan emas ilegal.
Menurut sejumlah warga, bahwa hutan diatas gunung Kecamatan Torue sudah lama rusak karena aktifitas ilegalloging dan penambangan emas ilegal.
Pihak Pemerintah Provinsi Sulteng dan Kabupaten Parigi Moutong belum bisa beri keterangan resmi apakah memang ada kerusakan hutan di atas hutan Torue atau tidak.***