sosial-budaya

Gerakan Bersama Penghentian PLTU Batu Bara, Aliansi Sulawesi Terbarukan Resmi Terbentuk, Ini Tujuannya

Kamis, 23 Februari 2023 | 16:35 WIB
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Green Justice Indonesia (GJI) serta enam organisasi masyarakat sipil lainnya di Sulawesi Tengah baru-baru ini mendeklarasikan pembentukan aliansi yang dinamakan Aliansi Sulawesi Terbarukan. (Ist)

Baca Juga: Freddy Budiman Saat Dieksekusi Mati Diiringi Badai dan Hujan Lebat, Ini Kisah Lengkap dari Anaknya

Diketahui kawasan timur Indonesia, khususnya pulau Sulawesi dan Maluku Utara sendiri terdapat kawasan industri pengolahan nikel, di Sulawesi Tengah ada Indonesia Morowali Industry Park (IMIP) beroperasi sejak tahun 2013 berada di Kabupaten Morowali merupakan kerjasama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari Tiongkok.

Hingga tahun 2020 terdapat lebih dari 20 perusahaan telah beroperasi di IMIP ini, tanah mentah mengandung nikel (ore) yang diproduksi menjadi nikel mayoritas disuplai dari wilayah pertambangan Bintang Delapan Mineral (BDM) dengan total luas konsesi 21.695 hektar dan Sulawesi Mining Invesment (SMI), kawasan ini telah mengoperasikan 6 unit PLTU berbahan bakar batu bara, belum lagi Baoshuo Taman Industri Investmen Group (BTIIG) di Desa Tofogaro Kabupaten Morowali.

Baca Juga: Debt Collector Yang Bentak-Bantak Bhabinkamtibmas di Jakarta Kabur ke Kampungnya di Saparua Ambon

Kawasan industri yang sama juga berada di Kabupaten Morowali Utara yaitu Gunbuster Nickel Industri (GNI) yang resmi beroperasi sejak 2021 milik Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) dengan luas lahan mencapai 1.907 hektar plus ditunjang fasilitas pelabuhan dengan total kapasitas produksi mencapai 1,8 juta ton feronikel per tahun dan input biji nikel sebanyak 21,6 juta ton dengan 25 jalur produksi yang mengoperasikan 4 unit PLTU batu bara dan kemungkinan kedepan PLTU batu bara akan semakin bertambah.

Selain IMIP, GNI dan BTIIG juga ada Delong Group dan New Tianjin Steel Group perusahaan baja tersohor dari Tingkok yang akan menanam investasinya guna perluasan industri nikel di Kabupaten Morowali dengan membentuk Delong Nickel Industrial Area.

Baca Juga: Korupsi Bansos Sembako di Tolitoli, Polisi Tangkap Hardianto

Di Sulawesi Selatan, ada 3 unit PLTU batu bara semuanya dibangun perusahaan Tiongkok, satu unit terdapat di Kabupaten Barru untuk menyuplai infrastruktur seperti bandara dan kereta api dan dua unit di Kabupaten Jeneponto unit pertama untuk kebutuhan rumah tangga, satu unit lainnya untuk Kawasan Industri Bantaeng (KIBA) yang saat ini ada tiga smelter telah beroperasi di sana, yaitu Huadi Nickel Alloy (HNA), Industri Nikel Huadi Yatai (INHY) dan Industri Nikel Huadi Wuzhou (INHW). Ketiga smelter itu milik perusahaan China dan ketiganya merupakan pabrik yang mengolah biji nikel menjadi feronikel.

Tingginya kebutuhan energi di kawasan ini mendorong pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun gardu induk untuk memasok kebutuhan listrik berdaya tinggi ke kawasan industri dengan total daya terpasang hingga 220 MVA (Mega Volt Ampere). Kemudian kebutuhan energi listrik berasal dari berbagai pembangkit listrik di sekitar Kabupaten Bantaeng, salah satunya PLTU Punagaya Jeneponto.

Baca Juga: Hari Kamis Hari Istimewa, Ini Amalan Yang Dilakukan Nabi Pada Hari Kamis

Di Sulawesi Tenggara, ada tiga perusahaan nikel beroperasi di Kabupaten Konawe dan Konawe Utara, yaitu Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) dengan 8 unit PLTU batu bara dengan kapasitas 530.000 KW, Obsidian Stainless Steel (OSS) memiliki 10 unit PLTU batu bara dengan total 1.820.000 KW, Aneka Tambang (Antam) dengan 2 unit PLTU batu bara kapasitas 75.000 KW, kesemua diduga telah berikan dampak kerusakan ekologis dan kehidupan rakyat terkait partikel debu hitam PLTU tersebut.

Di ketiga provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara ada Vale memiliki sejarah panjang di Indonesia sejak tahun 1920-an, diawali ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur. Dahulu bernama International Nickel Indonesia atau Inco milik Negara Kanada berdiri pada tahun 1968 dengan konsesi awal seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi.

Baca Juga: BNNK Tana Toraja Ungkap Fakta Dibalik Pengakuan Tersangka Narkoba Punya Bekingan

Di tahun yang sama Inco dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) sejak saat itu Inco memulai pembangunan smelter di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada tahun 1996, KK diubah dan diperpanjang hingga tahun tahun 2025. Inco berganti nama menjadi Vale milik negara Brazil tahun 2011. Pada tahun 2014, Vale dan Pemerintah Indonesia mencapai kesepakatan setelah renegosiasi KK. Salah satu poin regenosiasi adalah pengurangan wilayah KK dari sebelumnya seluas 190.510 hektar jadi 118.435 hektar.

Saat ini Vale memiliki 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kabupaten Luwu Timur masing-masing di Larona produksi daya listrik rata-rata 165 megawatt, Balambano sebesar 110 megawatt dan Karebbe sebesar 90 megawatt difungsikan pemasok tenaga listrik guna mengoperasikan tahap tanur peleburan dan pengolahan biji nikel di pusat pengolahan. Ketiga unit PLTA tersebut mengambil tenaga air dari danau Matano, Mahalona dan Towuti.

Halaman:

Tags

Terkini