METRO SULTENG-Nama terpidana mati bandar narkoba Freddy Budiman masih terus jadi perbincangan, masyarakat ingin penasaran bagaimana seseorang yang mengetahui akan mati menjalani hari-harinya. Terlebih saat ini mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo yang dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim atas kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Baca Juga: Detik-Detik Saddam Hussein di Eksekusi Mati, Ini Kalimat Terakhir Yang Diucapkan Ditali Gantungan
Diketahui Freddy Budiman merupakan salah satu narapidana yang mendapatkan vonis mati dan telah dieksekusi pada 29 Juli 2016 di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan. Freddy Budiman dipidana karena tertangkap tangan memiliki 1,4 juta pil ekstasi yang diselundupkan dari China pada Mei 2012.
Putra Freddy Budiman, Fikri Budiman, menceritakan hari-hari terakhir menjelang ayahnya eksekusi mati lewat sebuah konten YouTube berjudul Ada Sosok “Godfather” Narkoba di Balik Freddy Budiman dikutip Kamis (23/2/2022).
Baca Juga: Debt Collector Yang Bentak-Bantak Bhabinkamtibmas di Jakarta Kabur ke Kampungnya di Saparua Ambon
Menurut Fikri ketika eksekusi sang ayah akan segera dilakukan Cilacap dilanda hujan lebat. Padahal agenda eksekusi tersebut dilakukan pada bulan Juli, yang seharusnya telah memasuki musim kemarau.
“Tiba-tiba ujan aja, sebelumnya nggak pernah ujan, Nusakambangan tuh nggak pernah ujan, tiba-tiba ujan. Nah, ini kan ruangan ini ada tenda buat ruang tunggu, tuh. Tendanya tuh terbang, separah itu,” ungkap Fikri Budiman.
Menurut Fikri hal tersebut menjadi sebuah pertanda bahwa Freddy Budiman sudah meninggal dunia.
"Kayanya sih aku nganggep-nya itu tuh pertanda Papa tuh udah nggak ada. Karena setelah badai berlangsung baru keluarga dikabarin ‘Papah udah nggak ada, ya’ gitu,” ucap Fikri Budiman.
Baca Juga: Jam Tangan Pintar Sporty NoiseFit Force! Hadir Dengan 150 Tampilan Sesuai Selera Pengguna
Namun Fikri Budiman mengaku bahwa ia tidak merasakan bau wangi atau hal lain yang selama ini diisukan oleh masyarakat mengenai jenazah Freddy Budiman.
Selain hujan badai, kala itu sebagian besar Cilacap, termasuk Nusakambangan, mengalami mati lampu.***