Visi Sejahtera Bersama Pemkab Morowali Dipertanyakan Nelayan di Bungku Tengah yang Merasa Dianak Tirikan

photo author
- Sabtu, 17 Juni 2023 | 20:02 WIB
Nelayan Morowali angkat peralatan melaut lewat objek wisata pantai matano yang pagar tinggi menggunakan tangga.
Nelayan Morowali angkat peralatan melaut lewat objek wisata pantai matano yang pagar tinggi menggunakan tangga.

METRO SULTENG- Visi "Sejahtera Bersama, Berkeadilan dan Bertaqwa" Pemerintah Kabupaten Morowali, Sulteng dinilai belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat di bumi Tepeasa Maroso, khususnya nelayan diwilayah Kecamatan Bungku Tengah, Morowali.

Para nelayan yang berada di Ibu Kota Morowali ini terutama yang tinggal dipinggiran pantai Kelurahan Matano, merasa sangat tersiksa dengan tidak adanya prasarana yang memadai untuk berlabuh atau bongkar muat hasil tangkapan ikan.

Baca Juga: Zanaya International Travel Hadirkan Pelayanan Terbaik Umrah, Haji, dan Tur Luar Negeri Harga Terjangkau

Adapun Tempat Pelelangan Ikan (TPI), namun tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Selain jalur masuknya dangkal sehingga menyulitkan nelayan untuk beraktivitas melaut dan juga terbatas perahu yang bisa berlabuh di tempat tersebut, sementara jumlah perahu-perahu nelayan yang ada diwilayah kelurahan Matano mencapai puluhan.

"Begitupun dengan dermaga Bungku, disana kami sering dilarang bongkar muatan, apalagi sekarang sudah dilarang lewat diatas dermaga karena sedang diperbaiki, sehingga kami nelayan bingung mau bongkar ikan dimana, allternatif lain kami lewat dibawah laut dan jika saat surut air kami memikul bahan-bahan melaut ke perahu dan hasil tangkapan ke darat sejauh 500 meter," kata nelayan, Sabtu (17/6/23).

Baca Juga: Akibat Menuduh Pelakor Dua Emak-emak Bertikai, Bhabinkamtibmas Polsek Luwuk Damaikan

Potret pelaksanaan Visi Pemerintah Morowali ini dianggap pincang dan menjadi buah bibir dikalangan para nelayan warga kelurahan Matano. Banyak nelayan mempertanyakan program Sejahtera bersama yang dirasakan tidak totalitas berjalan. Dimana warga menganggap Pemda Morowali lebih condong ke masyarakat pettani.

"Begitu tersiksanya kami para nelayan di Bungku Tengah ini, kami nelayan kapal ini ditelantarkan seperti dianak tirikan oleh Pemerintah Morowali, kalau turun air kita bapikul es, solar hasil laut itu jauh sekali, air mata ini mau keluar kasian,"ungkapnya sedih.

Baca Juga: Satnarkoba Polres Banggai Ungkap Peredaran Obat Tanpa Izin, 5047 THD Berhasil Disita

"Tapi kalau jalan ke kebun itu dirabat beton mulus, dibukakan jalan, programnya Bupati kan begitu kendati sampai motor dibawah rumah-rumah, sementara kami nelayan ta hambur," tambahnya.

Sisi lain Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi di Sulawesi Tengah. Hal ini diherankan oleh para nelayan di Bungku, dimana ingginya PAD tersebut dianggap tidak menyentuh prasarana bagi nelayan untuk lebih memudahkan pekerjaan yang efeknya pada peningkatan ekonomi, seperti tempat pembongkaran ikan atau TPI yang memadai artinya bisa digunakan berlabuh dan kapal nelayan aman dari hantaman ombak.

Baca Juga: Polres Morowali Utara Bangun Penampung Air Bersih bagi Warga Jelang HUT Bhayangkara ke-77

"Tidak ada tempat berlabuh yang jelas bagi nelayan yang ada di Bungku Tengah ini, kita tak hambur semua, tempat turunnya saja kita dilaut tidak ada, malahan dipagar semua, ditutup, jadi kita manjat pagar objek wisata pantai Matano ini, bayangkan saja kalau kita jatuh dari atas yang tingginya mencapai 3 meter," kata nelayan.

"Kayak kita mau dimatikan nelayan disini, seperti apa sejahtera bersama itu," ucap nelayan kecewa dengan Pemerintah Morowali.***

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X