politik

Whoosh: Ketika Ambisi Politik Mengalahkan Rasionalitas Ekonomi

Minggu, 19 Oktober 2025 | 15:30 WIB
Ilustrasi Whoosh. Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang dikenal dengan nama Whoosh. (KCIC)

Baca Juga: Mahfud MD vs KPK soal Dugaan Mark Up Proyek Whoosh: Nggak Perlu Lapor, Langsung Selidiki

Antara Legasi dan Pelajaran

Tidak dapat dipungkiri, proyek ini membawa sisi positif, yaitu transfer teknologi, pengalaman manajemen proyek besar, serta kebanggaan simbolik bagi sebagian masyarakat. Tetapi, kebijakan publik seharusnya tidak diukur dari kecepatan peresmian, melainkan dari keberlanjutan ekonomi dan manfaat sosialnya.

Whoosh kini menjadi pelajaran penting bagi tata kelola proyek strategis nasional. Bahwa ambisi politik tanpa analisis ekonomi yang matang hanya menghasilkan infrastruktur megah tetapi tidak efisien. Bahwa keberanian membangun harus diimbangi dengan kerendahan hati untuk mengevaluasi.

Seperti ditulis Bent Flyvbjerg (2022) dalam How Big Things Get Done, proyek besar sering gagal bukan karena perencanaannya buruk, melainkan karena terlalu percaya diri bahwa segalanya bisa dikendalikan.

Penutup

Kereta cepat Whoosh bukan semata kisah tentang rel dan kecepatan, melainkan cermin bagaimana keputusan publik dibuat di bawah bayang-bayang ambisi politik dan bias psikologis.

Jika pemerintah mendatang ingin melanjutkan proyek serupa, misalnya kereta cepat Jakarta–Surabaya, maka pelajaran dari Whoosh harus dijadikan pedoman, yaitu transparansi penuh dalam studi kelayakan, audit independen atas pembiayaan, dan keterlibatan publik dalam pengawasan.

Pembangunan yang berkelanjutan tidak lahir dari slogan, melainkan dari keberanian berpikir rasional di tengah tekanan politik.***

Penulis:

Dr. Harris Turino, ST, SH., MSi., MM – Kapoksi XI PDI Perjuangan DPR RI

Halaman:

Tags

Terkini

Ramai Soal KUHAP Baru, Ketua Komisi III DPR Buka Suara

Selasa, 18 November 2025 | 17:46 WIB

Anak Muda: Melek Politik dan Melek Berpartai

Senin, 17 November 2025 | 09:26 WIB