METRO SULTENG – Anggota DPRD Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Ilyas Nawawi S.Sos menegaskan perlu adanya lompatan besar dalam pembangunan Sigi ke depan. Aparatur di Sigi diminta tidak terjebak dalam pola pikir lama.
Hal itu ia sampaikan saat pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026 yang digelar di Aula Kantor Bupati Sigi, Desa Bora, Jum'at 21 Maret 2025.
Musrenbang RKPD 2026 hari itu, dihadiri Bupati Sigi Rizal Intjenae beserta jajarannya. Ketua dan pimpinan serta anggota DPRD Sigi turut diundang.
Dalam kesempatan itu, Ilyas menekankan pentingnya inovasi dalam kebijakan pembangunan daerah, salah satunya melalui pengembangan pola inti plasma.
"Kita ini kan daerah "miskin". Kalau pola lama pemberdayaan masyarakat tetap kita pakai, maka hasilnya akan tetap sama. Perlu ada terobosan. Di Sigi cocok diterapkan pola inti dan plasma, konsep ayah angkat dan anak angkat untuk mengurangi angka kemiskinan. Dengan ini, angka kemiskinan bisa menurun drastis," ujar Ilyas.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, dibutuhkan gerak cepat dalam menangani kemiskinan. Perlu kebijakan konkret dan tepat sasaran.
Seperti yang disampaikan Gubernur Sulawesi Tengah, ada dua tugas utama pemerintah yang berhasil mengurus masyarakat, yaitu mengatasi kemiskinan dan minta maaf (mengatasi keb*od*han).
Baca Juga: BREAKING NEWS! Hujan Tak Kunjung Reda Guyur Ampana, Puluhan Rumah Mulai Terendam
Ia juga menanggapi kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat. Kata dia, efisiensi seharusnya tidak menjadi penghalang, melainkan dijadikan tantangan oleh pemerintah daerah untuk mencari sumber anggaran baru.
"Jangan berlindung di balik alasan efisiensi, lalu pasif. Efisiensi harus jadi peluang, bukan hambatan. Bappeda harus jeli melakukan analisis SWOT untuk mencari solusi dalam pengentasan kemiskinan di Sigi," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ilyas juga menyoroti perkembangan desa-desa di Sigi pasca-bencana 2018 dan pemanfaatan Dana Desa (DD). Ia mempertanyakan apa DD benar-benar memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan desa, atau hanya difokuskan pada pembangunan fisik semata.
"DD sifatnya stimulan agar desa bisa maju dan mandiri. Jangan sampai malah membuat desa terlena dan bergantung terus pada DD. Harus ada studi mendalam mengenai dampak DD di Sigi. Apakah desa-desa berkembang atau hanya sekadar menghabiskan anggaran," ungkapnya.
Ia pun mengajak seluruh pihak untuk lebih serius dalam membangun identitas Sigi agar lebih dikenal dan tidak tertinggal dari daerah lain. Di usia yang sudah 17 tahun, kemajuan Sigi adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.