METRO SULTENG - Pasangan calon Gubernur Anwar Hafid dan calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Reny Lamadjido, memberi perhatian khusus terhadap kemajuan generasi muda. Beragam upaya akan dilakukan agar generasi muda memiliki kapasitas dan kualitas unggul demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Berbicara soal kualitas dan kapasitas generasi muda, Anwar-Reny akan membangun fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) dengan standar internasional. Reny Lamadjido mengatakan, BLK ini akan dilengkapi oleh beragam sertifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Baca Juga: Kebahagiaan Anwar Hafid Sambut Kelahiran Cucu Pertama
“BLK ini nantinya menampung beragam sertifikiasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Kualitas sertifikasinya juga terjamin mutunya,” ucap Reny Lamadjido, Kamis (5/9/2024).
Pembangunan BLK merupakan lanjutan dari program Berani Cerdas. Sebuah program khusus yang akan menghilangkan seluruh biaya pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.
Kembali ke pembangunan BLK, dimaksudkan untuk menjawab masalah angka putus sekolah di Sulawesi Tengah. Karena berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2023, sebanyak 4.509 anak di Sulteng putus sekolah.
Baca Juga: SELAYANG PANDANG ANWAR HAFID, CAGUB SULTENG 2024 -2029
Jumlah sebanyak itu didominasi oleh anak-anak tamatan SMA dan SMK. Oleh karena itu, anak-anak yang tidak ingin melanjutkan kuliah hingga ke perguruan tinggi, akan dimasukkan ke BLK agar tidak ada lagi pengangguran di Sulawesi Tengah di masa depan.
Reny Lamadjido juga mengatakan, pembangunan BLK bukan cuma bicara soal mengembangkan kemampuan anak muda. Lebih dari itu, BLK adalah tempat bagi anak-anak muda untuk membangun mental dan ruang untuk terus berinovasi.
“Kita sebagai generasi muda, jangan pernah berhenti berinovasi, jangan pernah takut dengan diri kita sendiri, kita harus yakin bahwa diri kita ini mampu,” tegas Reny Lamadjido.
Baca Juga: Eks Aktivis WALHI: Anwar Hafid Pemimpin yang Terbuka dengan Rakyat
Karena menurut Reny, sering kali terjadi anak-anak di Sulteng kalah saing hanya karena mental. Padahal, secara kemampuan san pengalaman sudah jauh lebih banyak ketimbang anak-anak dari daerah lain. (*)