Namun, penetapan tersebut didasarkan pada posisi geometris benda-benda langit yaitu Matahari, Bumi dan Bulan. "Jadi posisinya bukan tampak dan tidaknya," kata Syamsul.
Syamsul menuturkan, penetapan Ramadhan sudah memenuhi syarat yakni sudah terjadi ijtima. Ijtima, artinya bulan telah mengelilingi bumi dengan satu putaran sinodis.
Satu putaran sinodis itu untuk Ramadhan tercapai pada tanggal 22 Maret 2023. "Jadi itu Bulan Syaban telah mengelilingi bumi satu putaran, jadi syarat pertama sudah terpenuhi," lanjutnya.
"Tercapainya satu putaran sinodis itu terjadi sebelum Matahari tenggelam. Karena Terjadinya pada pukul 00.00 malam, Matahari tenggelam besok sore, jadi jauh sekali, jadi syarat kedua sudah terpenuhi. Syarat ketiga, pada saat Matahari tenggelam keesokan sorenya Rabu, itu Bulan pada saat Matahari tenggelam masih di atas ufuk. Jadi syarat ketiga sudah terpenuhi, oleh karena itu 1 Ramadhan jatuh pada Kamis, 23 Maret," tambahnya.***(Fajar Ahmad Wahyudin/Metro Sulteng)