METRO SULTENG-Publik di Australia dan Indonesia saat ini digegerkan dengan ramalan
akan terjadinya perang besar antara Indonesia dan Australia pada tahun 2037 yang ditulis Michel de Nostredeme atau Nostradamus.
Ramalan itu saat ini ramai dibahas di media sosial. "Mengejutkan dari karyanya itu terdapat ramalan yang mengaitkan bahwa Indonesia akan berperang melawan Australia pada tahun 2037 mendatang".
Yang membuat publik semakin percaya dengan ramalan itu setelah membaca beberapa ramalan lainnya yang saat ini terbukti.
Salah satu ramalannya paling tepat adalah soal kematian Ratu Elizabeth II tahun 2022 dan insiden gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001.
Selain itu dalam buku tersebut, banyak dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang ada di zaman sekarang antara lain adalah ramalan perang Rusia-Ukraina.
Lantas siapakah sosok Nostredame itu, Metro Sulteng merangkum profilnya dari berbagai sumber resmi.
Nama Latinnya adalah Michel de Nostredame, merupakan pengarang ramalan ternama dari Prancis. Nostradamus terkenal dengan hasil karyanya berjudul Les Propheties yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1555, tetapi buku tersebut menjadi langka sejak kematiannya. Ia juga dikenal karena dapat meramalkan suatu kejadian besar yang terjadi di dunia.
Nostradamus Lahir di Saint-Remy-de-Provence, di wilayah Maritime Alps Prancis pada 14 Desember atau 21 Desember 1503 dan Meninggal pada 2 Juli 1566 diumur 62 tahun.
Pekerjaannya adalah seorang Dokter, pengarang, penerjemah, konsultan astrologi Dikenal atas Ramalan.
Saat tinggal di Italia, Michel Nostradamus memiliki pengalaman dipanggil untuk diinterogasi oleh Inkuisisi di Agen karena dugaan penghinaannya sehubungan dengan patung Perawan Maria.
Pada tahun 1555, dia menjaga pemahamannya tentang nasib dunia dengan kerahasiaan yang paling ketat. Dia sebenarnya bersifat tertutup sejak masa kecilnya, sejak dia mempelajari sejarah keluarganya.
Baca Juga: Artis Korea Lee Ji Han Ikut Tewas dalam Tragedi Perayaan Halloween di Itaewoon
Nenek moyangnya, Yahudi Sephardic, melarikan diri dari penganiayaan agama dan menetap di Prancis, dengan tergesa-gesa berpindah ke Katolik.
Pada tahun 1519, setelah upaya yang gagal untuk menemukan obat untuk wabah yang meletus di Avignon, Nostradamus muda melakukan kampanye perjalanan selama 8 tahun untuk mempelajari sifat rahasia tumbuhan.