Baca Juga: Siswa SD Korban Bully, Dipaksa Setubuhi Kucing Akhirnya Meninggal
Baca Juga: Eks Menpora Roy Suryo Jadi Tersangka Kasus Meme Stupa Mirip Jokowi
"Saya ini syukurnya tak terhingga. Dulu kata orang, kalau nggak ada duit nggak bisa sekolah, namun anak saya membuktikan itu salah. Kekurangan duit justru bisa sekolah sesuai dengan kemampuan dia," katanya.
Ismanto masih mengenang, saat pengumuman kelulusan. Sore itu ia baru pulang dari kerja. Ia tahu hari itu bahwa Alza tengah menunggu pengumuman kelulusannya di jalur SNMPTN. Sesampainya di rumah menjelang petang, Ia melihat Alza berlari memeluknya.
"Saya tahu, ia lulus. Karena (raut) mukanya senang, begitu juga dengan istri saya," kata Ismanto.
Begitu pun dengan Purwati. Menurutnya saat itu berdua dengan anaknya menunggu pengumuman kelulusan lewat internet yang dibuka di laptop kecil yang sering digunakan Alza untuk latihan catur online.
"Mak aku tutup layarnya pakai sajadah ya, kalo centang biru berarti lulus. Kalau nggak, berarti nggak lulus. Saya sampai keluar ke depan rumah saking nggak mau lihat," kata Purwati mengenang.
Sebagai orang tua, Ismanto dan Purwati tidak berharap banyak pada Alza. Bisa kuliah di UGM saja ia mengaku bersyukur. Namun ia berharap suatu saat nanti Alza bisa meningkatkan derajat kehidupan keluarganya yang selama ini dikenal dengan keluarga pengumpul rongsokan.
"Saya ini hanya tamatan SMP, ibunya lulus SMA. Sejak kecil tidak pernah minta-minta lebih ke orang tuanya. Tahu keadaan orang tua,” katanya.
Alza mengaku nantinya akan aktif menekuni hobinya dalam bermain olahraga papan bidak tersebut. Apalagi di UGM memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Catur. "Tetap konsisten main catur, mungkin sudah terlanjur suka. Tapi ya nanti tetap fokus kuliah," pungkasnya.***