Oleh karena itu, para ilmuwan memberikan perhatian ekstra pada apa yang dilakukannya dan bagaimana perilakunya.
Salah satu kejutan awal adalah anti-ekornya, sebuah gumpalan yang tampak mengarah ke Matahari, alih-alih di belakangnya.
Teori komet tradisional menyatakan bahwa debu seharusnya terdorong menjauh dari Matahari oleh tekanan radiasi. Namun, polanya terbalik, setidaknya pada awalnya. Hal ini memicu minat baru tentang bagaimana objek ini mungkin berbeda dari komet-komet yang sudah dikenal.
Perilakunya menantang definisi buku teks tentang bagaimana radiasi matahari berinteraksi dengan benda-benda es, membuka jalan baru untuk pemodelan teoretis dan komputasional.
Ekor yang menghadap matahari dan perilaku awan debu yang berkembang
Pencitraan beresolusi tinggi mengungkapkan bahwa sekitar 4 satuan astronomi (SA) dari Matahari, 3I/ATLAS menunjukkan ekor yang jelas menghadap Matahari atau anti-ekor.
Sebuah makalah pemodelan fisika menjelaskan bahwa fitur ini dapat dipahami jika butiran es air dilepaskan di sisi yang terkena Matahari oleh sublimasi CO₂.
Model tersebut menemukan puncak hamburan oleh butiran es H₂O ketika komet berada pada jarak sekitar 3-4 SA dan masa hidup butiran sesuai dengan panjang anti-ekor.
Saat komet bergerak mendekati Matahari, masa hidup butiran menurun dan butiran refraktori atau volatil yang lebih besar mengambil alih, sehingga ekor bergeser ke arah anti-matahari yang lebih konvensional.
Perilaku ini menunjukkan bagaimana debu dan gas di sekitar komet ini berevolusi di bawah pengaruh panas matahari. Ekor yang menghadap matahari bukan berarti objek ini buatan; banyak proses alami yang dapat menjelaskannya.
Namun, karena perilaku ini jarang terjadi dan modelnya sangat sesuai, 3I/ATLAS memberi kita kesempatan nyata untuk menguji pemahaman kita tentang fisika komet.
Setiap fase transformasinya menawarkan gambaran interaksi kimia dan termal yang dapat mencerminkan interaksi dalam sistem planet awal.
Komposisi yang tidak biasa dan petunjuk yang menimbulkan pertanyaan yang lebih besar
Studi spektroskopi menemukan bahwa koma 3I/ATLAS kaya akan CO₂ dibandingkan dengan H₂O, salah satu rasio tertinggi yang pernah ditemukan pada komet mana pun.
Pengamatan juga menunjukkan kandungan logam yang tidak biasa, seperti konsentrasi nikel yang jauh lebih tinggi daripada biasanya dan kandungan besi yang relatif rendah.
Fitur-fitur ini bukannya tidak mungkin terjadi dalam pembentukan komet alami, tetapi cukup jarang sehingga memicu spekulasi.