Khutbah Jumat Terbaru Tema Hakekat Kemerdekaan Sejati Umat Manusia

photo author
- Kamis, 10 Agustus 2023 | 15:39 WIB
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat

الْعَبْدُ حُرٌّ إنْ قَنِعْ وَالْحُرُّ عَبْدٌ إنْ طَمِعْ فَاقْنَعْ وَلَا تَطْمَعْ فَمَا شَيْءٌ يَشِينُ سِوَى الطَّمَعْ

Artinya, “Seorang hamba sahaya layaknya orang merdeka jika ia merasa cukup dengan apa yang ada, dan orang merdeka layaknya seorang hamba sahaya jika ia rakus. Maka terimalah apa yang ada, dan jangan rakus, karena sesungguhnya tidak ada perangai yang lebih jelek selain daripada rakus.”

Menerima apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt merupakan puncak tertinggi dari kemerdekaan setiap orang. Orang-orang yang sudah bisa merasa cukup dengan apa yang dimilikinya tidak lagi dikekang dan dibelenggu oleh keinginan-keinginan nafsunya. Bahkan mereka sendiri yang akan mengontrol nafsu tersebut untuk selalu menerima apa yang telah menjadi ketetapanNya. Inilah kemerdekaan sesungguhnya bagi diri setiap manusia.

Begitu juga sebaliknya, rakus dan selalu berharap pada apa yang tidak dimilikinya akan menjadikan manusia sebagai hamba sahaya. Ia tidak lagi bisa mengontrol dirinya, namun dikontrol hawa nafsunya. Perbuatan apa pun akan dilakukan demi memuaskan hawa nafsunya. Dan, inilah yang disebut sebagai orang yang tidak merdeka.

Karena itu, mari kita semua berusaha untuk bisa menjadi hamba yang merdeka, dengan cara menerima semua yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kita. Segala ambisi dan kerakusan atas apa yang belum kita miliki segera kita hilangkan, karena hal itulah yang akan menawan diri kita sendiri.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Rasulullah saw mengibaratkan sifat qana’ah (menerima apa adanya) sebagai simpanan yang tidak akan pernah rusak. Dalam salah satu haditsnya disebutkan:

الْقَنَاعَةُ كَنْزٌ لَا يَفْنَى

Artinya, “Menerima apa adanya (qana’ah) merupakan simpanan yang tidak akan pernah rusak.” (HR al-Baihaqi).

Maksud hadits ini adalah bahwa dengan memiliki sifat qana’ah kita semua akan menutup mata untuk tidak melihat sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Kita akan bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang kita dapatkan, dan akan terus berbaik sangka (husnuzhan) bahwa yang kita miliki merupakan nikmat terbaik yang harus kita terima.

Pentingnya sifat qana’ah juga pernah disampaikan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad Salim al-Hanbali dalam kitab Ghada’ul Albab Syarh Manzhumatil Adab, mengutip wasiat sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia berwasiat kepada kita semua untuk selalu berusaha menumbuhkan sifat qana’ah dalam diri kita, karena qana’ah merupakan kekayaan yang tidak akan pernah habis,


يَا بُنَيَّ إذَا طَلَبْت الْغِنَى فَاطْلُبْهُ بِالْقَنَاعَةِ فَإِنَّهَا مَالٌ لا يَنْفُذُ وَإِيَّاكَ وَالطَّمَعَ فَإِنَّهُ فَقْرٌ حَاضِرٌ وَعَلَيْك بِالإِيَاسِ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ فَإِنَّك لا تَيْأَسُ مِنْ شَيْءٍ إلا أَغْنَاك اللَّهُ عَنْهُ

Artinya, “Wahai anakku! Apabila kamu mencari kekayaan, maka carilah ia dengan qana’ah, karena sesungguhnya ia merupakan harta yang tidak akan pernah habis. Janganlah kamu rakus, karena sesungguhnya ia adalah kefakiran yang akan selalu datang.Dan hendaklah kamu berputus asa terhadap sesuatu yang ada di tangan manusia, karena tidaklah kamu berputus asa dari sesuatu melainkan Allah akan menjadikanmu tidak butuh pada sesuatu.”

Ini selaras dengan apa yang disebutkan oleh insan teladan, Nabi Muhammad saw dalam hadits yang lain, bahwa kekayaan pada hakikatnya tidak dinilai dari banyaknya harta yang kita miliki, namun kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan jiwa dengan menerima apa yang ada. Rasulullah bersabda:


لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X