Khutbah Jumat 28 Juli 2023 Tema Hakna Hijrah Yang Sesungguhnya Dalam Islam Lewat Momentum Muharram

photo author
- Kamis, 27 Juli 2023 | 17:53 WIB
Khutbah Jumat Terbaru
Khutbah Jumat Terbaru

METRO SULTENG-Materi khutbah Jumat 28 Juli 2023 mengajak kepada jamaah untuk merenungi makna dan hikmah hijrah yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw bertepatan pada bulan Muharram 1445 Hijriyah, sebagai bulan pertama tahun hijriah dalam kalender Islam yang digunakan untuk mengenang hijrah Rasulullah dan para sahabatnya dari Makkah menuju Madinah.

Peristiwa ini memiliki makna dan hikmah mendalam bagi umat Islam yang bisa memiliki pesan moral untuk optimis menghadapi masa depan.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Merenungi Makna dan Hikmah Hijrah”. Semoga bermanfaat!

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Tiada ungkapan yang patut kita haturkan kepada Allah swt selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin sebagai wujud terima kasih atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita dalam kehidupan di dunia ini. Kalimat shalawat juga patut kita ungkapkan kepada Nabi Muhammad saw yang merupakan pembawa risalah ilahiyah dan membawa kita dari kejahiliahan menuju terang benderangnya kehidupan dalam wujud manisnya iman dan Islam yang terus kita rasakan selama ini.

Oleh karena itu menjadi keniscayaan bagi kita untuk memperkuat ketakwaan diri agar kita bisa selalu menjadi pribadi yang bersyukur dan berterimakasih. Takwa adalah rasa takut melanggar perintah-perintah Allah dan berusaha sekuat mungkin untuk senantiasa menjalankan perintah serta menjauhi larangan Allah swt. Takwa akan menjadikan kita sosok pribadi yang benar-benar hidup di jalan Allah dan mampu melaksanakan misi utama diciptakan manusia di dunia ini yakni untuk beribadah.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Saat ini kita berada di bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam kalender Islam. Dijadikannya Muharram sebagai bulan pertama tahun hijriah tidak terlepas dari sejarah fenomenal yang dialami oleh Nabi Muhammad yakni peristiwa hijrah atau pindahnya Nabi bersama sahabat-sahabatnya dari Kota Makkah ke Madinah.

Hijrah yang dilakukan Nabi ini merupakan perintah Allah swt dan menjadi momentum kebangkitan umat Islam dari penindasan dan ketidakberdayaan yang dialami bertahun-tahun di Makkah. Oleh karena itu, pada khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk merenungi kembali makna dan hikmah yang terkandung dalam peristiwa hijrah dengan meresapi pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya sekaligus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara harfiah, hijrah bisa dimaknai ‘berpindah’. Berpindah dalam konteks hijrah tidak bisa dimaknai sebagai perpindahan secara fisik semata. Namun lebih dari itu, hijrah yang dilakukan Nabi merupakan perpindahan yang memiliki dimensi spiritual dalam rangka membangun masa depan umat Islam yang lebih baik di berbagai sektor kehidupan.

Dalam perpindahan ini pun, Rasulullah telah mengingatkan sejak awal para sahabat-sahabatnya untuk menata diri dan mengingat hal penting yakni niat. Maka dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan para sahabat untuk benar-benar menata niat dengan benar saat berhijrah. Hal ini terungkap dalam hadits:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ


Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini sangat penting kita renungi dan memberikan pemahaman bagi kita bahwa hubungan antara niat dengan hijrah atau apapun perbuatan yang kita lakukan di dunia tidak bisa dipisahkan. Jika niat tidak ditata dengan benar terlebih dahulu, maka perbuatan yang kita lakukan akan tidak mendapatkan hasil dan akan sia-sia belaka. Allah pun telah mengingatkan bahwa siapa yang berhijrah dengan tujuan baik maka akan mendapatkan hal yang baik. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X