“Jangan ikut adat pada umumnya, doa tidak pada waktu ijabah sambil nangis. Saat waktu ijabah malah tidur. Ini tidak tepat. Waktu ijabah itu sepertiga malam saat tahajud. Sesuai konstitusi yang dibawa Rasulullah,” ungkap Gus Baha.
Gus Baha lalu menceritakan kisah anak-anak Nabi Ya’kub yang pernah menemui Nabi Ya’qub di waktu dhuha agar dimintakan maaf kepada Tuhan karena merekayasa wafatnya Nabi Yusuf.
Ini diabadikan Allah dalam Qur’an surah Yusuf ayat 97:
قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا ٱسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَآ إِنَّا كُنَّا خَٰطِـِٔينَ
Qālụ yā abānastagfir lanā żunụbanā innā kunnā khāṭi`īn
Artinya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".
Lalu jawaban Nabi Ya’qub yaitu ia akan meminta ampunan kepada Allah saat waktu ijabah, ada di ayat 98 surah Yusuf:
قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Qāla saufa astagfiru lakum rabbī, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm
Artinya: Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Di Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah dijelaskan maksud ayat 98 ini bahwa Nabi Ya’qub hendak memohonkan ampun bagi anak-anaknya di waktu sahur karena di waktu itu doa seseorang akan lebih mudah untuk dikabulkan.
Nabi Ya’qub tidak buru-buru berdoa karena mengetahui besarnya kesalahan mereka sehingga ia hendak berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan serta mencari waktu yang lebih mustajab, sebagai bentuk kasih sayang terhadap anak-anaknya, dengan harapan Allah akan mengampuni mereka.
“Ini menunjukkan doa di waktu selain ijabah itu kurang dianjurkan. Namun, bukan berarti tidak boleh. Bisa saja doanya dikabulkan. Hanya saja sepertiga itu sesuai tuntunan Rasulullah. Formal dari Allah, yang menentukan Allah bukan panitia doa bersama,” tandasnya.***