Dengan misi Nabi Muhammad Saw yang menyempurnakan akhlak itu berarti, agama Islam adalah agama yang salah satu misi besarnya adalah mengatur manusia menjadi manusia berakhlak.
Dari dasar tersebut, maka pertama-tama yang harus dipahami oleh kita semua adalah jika kita melaksanakan akhlak maka, wajib akhlak itu digantungkan, dinisbatkan dan dihubungan dengan iman. Perbuatan akhlak itu bisa sia-sia, bahkan tidak disebut akhlak yang mulia jika kita memisahkan perbuatan akhlak itu dengan keimanan.
Ingatlah Rasulullah Saw pernah bersabda:
من كان يؤمن با الله واليوم الأخر فليكرم ضيفه
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir, maka hendaknya ia menghormati tamunya”.
Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad Saw bersabda, barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir, maka hendaknya ia berbuat baik dengan tetangganya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam hadis di atas, Nabi Muhammad Saw menghubungkan menghormati tamu dan berbuat baik dengan tetangga dengan keimanan. Yaitu keimanan kepada Allah dan hari akhir.
Semua ini merupakan pemahaman yang wajib kita tanamkan dalam hati kita, sebagai orang beriman. Bahwa, perbuatan baik kita, baik kepada tamu, tetangga, saudara, dan keluarga itu wajib didasarkan oleh ajaran keimanan. Artinya, perbuatan baik kita kepada tetangga dan saudara itu tidak memiliki nilai apapun, termasuk tidak ada pahalanya jika dilakukan bukan karena Allah Swt. Kita berbuat baik kepada tamu, tetangga dan orang lain adalah semata-mata karena ini semua perintah dari Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Kita hormat kepada orang tua hukumnya wajib, itu dilakukan karena Allah menyerukan kewajiban ini. Kita hormati guru-guru yang pernah mengajari kita ilmu karena perintah Nabi untuk melakukan itu. Begitu pula, semua orang muslim harus hormat dan berbuat baik kepada keluarga nabi Saw (ahlul bait) dan para sahabat-sahabatnya. Karena memang Nabi Muhammad Saw berkali-kali menyampaikan pesan akan wajibnya ini.
Jangan sekali-kali mencela atau berkata-kata tidak pantas kepada keluarga nabi (ahlul bait) dan para sahabatnya. Karena hal itu artinya iman kita rapuh, dan berarti itu kita tidak berakhlak kepada Rasulullah Saw.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Kedua yang harus dipahami oleh kita semua adalah bahwa ketika kita berseru tentang pentingnya menjaga akhlak muliya, bahwa akhlak muliya itu ada tingkatannya.
Akhlak tingkat pertama adalah akhlak kepada Allah Swt. Tingkatan berikutnya, adalah akhlak kepada Rasulullah Saw, akhlak kepada ulama, akhlak kepada orang-orang muliya dan seterusnya.
Akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan menjalankan semua ajaran-ajarannya. Tidak meremehkan ajaran-ajarannya. Selain itu, akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi pondasi semua bentuk akhlak-akhlak lainnya.