Materi Khutbah Jumat Terbaru Tema Bekal Iman dalam Menghadapi Perubahan Zaman dan Cuaca yang Tak Menentu

photo author
- Kamis, 20 November 2025 | 04:29 WIB
Naskah khutbah jumat menyiakapi Cuaca hujan (Foto: Ist)
Naskah khutbah jumat menyiakapi Cuaca hujan (Foto: Ist)

لَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

Artinya, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah.” Maksud dari frasa “kabad” pada ayat tersebut adalah bahwa manusia diciptakan dalam keadaan penuh kepayahan, kesulitan, dan perjuangan hidup. Sejak pertama kali lahir, manusia sudah berhadapan dengan berbagai bentuk kesulitan, mulai dari rasa sakit, kebutuhan jasmani, ketergantungan, hingga perjalanan hidup yang panjang dengan segala dinamika dan ujiannya.

Mereka tidak pernah benar-benar lepas dari usaha, tantangan, dan keadaan yang berubah-ubah. Inilah hakikat hidup di dunia, tempat di mana setiap jiwa dari kita semua pasti akan melalui masa-masa berat dan juga masa-masa yang tidak pasti sebagaimana yang kita rasakan saat ini.

Demikian penjelasan Syekh Dr. Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir fil Aqidah was Syari’ah wal Manhaj, jilid XXX, halaman 245:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ فِي كَبَدٍ. أَيْ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مَغْمُوْرًا بِالتَّعَبِ وَالنَّصَبِ، وَفِي مُكَابَدَةِ الْمَشَاقِّ وَالشَّدَائِدِ، فَهُوَ لاَ يَزَالُ فِي تِلْكَ الْمُكَابَدَةِ بَدْءًا مِنَ الْوِلاَدَةِ، إِلىَ الْمَتَاعِبِ الْمَعِيْشِيَّةِ وَالْأَمْرَاضِ الطَّارِئَةِ

Artinya, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah. Maksudnya, Kami menciptakan manusia dalam keadaan diliputi keletihan dan kepayahan, serta berada dalam perjuangan menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan. Ia senantiasa berada dalam kondisi penuh jerih payah itu, mulai dari sejak kelahirannya hingga menghadapi kesulitan hidup dan berbagai penyakit yang datang.”

Jika kita melihat kehidupan sehari-hari di sekitar kita, mudah bagi kita untuk menemukan contoh nyata dari ayat ini, terutama tentang cuaca dan kehidupan yang tidak pasti. Ada petani yang datang ke sawah setiap pagi dengan harapan hasil panen yang baik, tetapi tiba-tiba hujan deras menghancurkan tanaman yang baru saja tumbuh.

Ada nelayan yang sudah mempersiapkan perahu, jaring, dan perbekalan sejak subuh, tetapi ombak tinggi dan angin kencang memaksanya kembali tanpa hasil. Dan ada juga pedagang kecil yang mengandalkan matahari cerah agar pembeli ramai, namun hujan turun sepanjang hari hingga dagangannya tak laku.

Demikianlah hidup di dunia, maka ayat di atas mengingatkan kita bahwa kesulitan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari kesulitan hidup yang serba tidak pasti. Semua ini merupakan ketetapan yang Allah berikan kepada manusia sejak pertama kali manusia diciptakan.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Apabila kesulitan hidup yang tidak pasti dan cuaca yang terus berubah-ubah adalah ketetapan Allah, maka tidak ada jalan lain bagi kita selain terus menguatkan iman. Sebab hanya dengan iman yang kokoh, hati kita tetap stabil ketika segala sesuatu di luar diri kita bergerak dan berganti.

Dunia boleh berubah, cuaca boleh tidak menentu, dan rezeki kadang lapang kadang sempit, tetapi hati seorang mukmin akan tetap teguh karena ia bersandar kepada Dzat yang tidak pernah berubah. Lantas bagaimana cara kita memperkuat iman dalam kondisi seperti ini?

Maka caranya tidak lain selain berusaha menata hati agar selalu menerima setiap keadaan dengan sikap yang benar. Ketika kita mendapatkan kebahagiaan maka bersyukur, dan ketika tertimpa kesulitan maka bersabar, dan jika kita bisa melakukan kedua-duanya, maka hal itu akan tercatat sebagai kebaikan bagi kita. Demikian sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Semua urusannya adalah kebaikan. Hal seperti ini tidak terjadi pada siapa pun kecuali hanya pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu pun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X