Sehingga bertebaranlah beraneka ragam muatan konten, termasuk banyak konten buruk seperti gambar tidak pantas, ucapan kasar, dan gaya hidup yang jauh dari ajaran Islam.
Karena itu, menjaga keluarga bukan sekadar tanggung jawab biasa di masa kini, namun tugas utama untuk menjalankan perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari segala keburukan yang menjerumuskan ke dalam api neraka, seperti yang dijelaskan dalam Surat At-Tahrim ayat 6, sebagaimana berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Jagalah dirimu dan keluargamu dalam ayat tersebut, maksudnya adalah bukan sekadar menjauhkan keluarga dari perbuatan maksiat yang menjerumuskan ke dalam api neraka secara lahiriah, tetapi dapat memastikan mereka dibimbing menuju keselamatan agama dan akhirat.
Sebagaimana diterangkan oleh Ats-Tsa’labi dalam kitab Al-Kasyf wal Bayan ‘an Tafsiril Qur’an (jilid 9, halaman 349):
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا۟ قُوا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا، يَعْنِي: مُرُوهُمْ بِالْخَيْرِ، وَ انْهَوْهُمْ عَنِ ٱلشَّرِّ، وَعَلِّمُوهُمْ، وَأَدْنُوهُمْ، تَقُوهُمْ بِذَٰلِكَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Maksudnya: perintahkan mereka untuk berbuat baik, larang mereka dari keburukan, ajari mereka, dan dekatkan diri kalian kepada mereka. Dengan itulah kalian menjaga mereka dari (siksa) neraka.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah
Perintah dalam ayat tersebut juga menuntut tanggung jawab aktif dari setiap orang beriman untuk membina rumah tangga yang tumbuh dalam nilai-nilai Islam dengan ilmu, teladan, dan kedekatan hati.
Lebih rinci lagi, Al-Wahidi dalam kitab At-Tafsirul Basith (jilid 22, halaman 22) menjelaskan bahwa perintah dalam QS. At-Tahrim ayat 6 tidak berhenti pada aspek perlindungan moral semata, melainkan mencakup proses pembentukan karakter yang terus-menerus berkesinambungan.
Hal ini dimulai dari pengawasan diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat. Sebagaimana Al-Wahidi menguraikan kajiannya, dengan mengutip pendapat dari Muqatil:
قَالَ مُقَاتِلُ بْنُ حَيَّانَ: يَعْنِي أَنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ نَفْسَهُ وَأَهْلَهُ، فَيُعَلِّمَهُمُ الْخَيْرَ، وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الشَّرِّ، فَذَلِكَ حَقٌّ عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يَفْعَلَ بِنَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَعَبِيدِهِ وَإِمَائِهِ فِي تَأْدِيبِهِمْ وَتَعْلِيمِهِمْ
Artinya: “Muqatil bin Hayyan berkata: Maksud (menjaga diri dan keluarga dari api: QS. At-Tahrim ayat 6) adalah bahwa seorang muslim hendak mendidik dirinya dan keluarganya. Ia harus mengajarkan mereka kebaikan dan melarang mereka dari keburukan.