Khutbah Jumat Bertepatan Hari Raya Idul Adha 2025 Tema Memaknai Ibadah Haji dan Kurban Dalam Kehidupan Sosial Bermasyarakat

photo author
- Kamis, 5 Juni 2025 | 05:32 WIB
Khutbah Junat Idul Adha 2025
Khutbah Junat Idul Adha 2025

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” Rasulullah dalam haditsnya juga telah mengingatkan bagi kita, khususnya yang memiliki kemampuan finansial untuk berkurban :

مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا

Artinya: “Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakannya, maka janganlah ia menghadiri tempat shalat kami”. (HR. Baihaqi).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Selanjutnya, ibadah haji pun tak kalah hikmahnya dalam hal dimensi sosial. Di tengah jutaan jamaah dari berbagai negara, bahasa, budaya, dan latar belakang, setiap Jamaah haji dituntut untuk menjaga sikap, memperhatikan sesama, dan saling membantu.

Kepedulian kepada jamaah lain menjadi hal yang sangat penting dalam kondisi fisik dan lingkungan yang penuh tantangan. Misalnya, saat thawaf atau sai, kita tidak hanya menjaga kekhusyukan diri, tetapi juga menghindari menyakiti atau mengganggu orang lain. Di Mina, Arafah, dan Muzdalifah, rasa lelah dan sempitnya tempat menjadi ujian kesabaran dan toleransi.

Dalam kondisi itulah, kepekaan sosial diuji dan diasah, apakah kita mampu bersikap sabar, menolong yang kesulitan, ataukah kita justru hanya mementingkan kenyamanan pribadi.

Sudah seharusnya kita membawa bekal takwa dan berlaku dengan akhlak baik kepada Jemaah lain. Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ
: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: “Dari Abu Dzar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata kepadanya, ‘Bertakawalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya hal itu dapat menghapusnya. Bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik’,” (HR At-Tirmidzi)

Masyiral Muslimin rahimakumullah,

Baik kurban maupun haji mengajarkan kita bahwa ibadah bukan hanya hubungan antara hamba dan Allah, tetapi juga mencakup hubungan antar sesama manusia.

Islam memandang keimanan tidak cukup hanya diwujudkan dalam bentuk ritual individual, melainkan harus membuahkan sikap sosial yang nyata: berbagi, peduli, membantu, dan menghormati.

Dalam konteks kekinian, semangat kurban dan haji perlu kita bawa ke kehidupan sehari-hari. Jika setiap Muslim mampu menghidupkan nilai-nilai berbagi, toleransi, dan kepedulian sosial, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis, saling tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap individualistis yang semakin menguat di era modern ini.

Perlu disadari bersama bahwa pada hakikatnya kita adalah makhluk sosial. Kita tidak bisa hidup sendiri. Setiap orang, sekaya dan sekuat apa pun, tetap membutuhkan bantuan dan keberadaan orang lain. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai, sangat penting untuk menumbuhkan empati, tenggang rasa, dan kepedulian sosial.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X