METRO SULTENG-Mimpi bukan sekedar bunga tidur, jika mimpi baik itu sebagai sebuah pertanda dari Allah dan ucapkan Alhamdulillah, dan jika mimpi buruk datang dari Syetan dan mohon ampun serta perlindungan dari Allah dari segala keburukan yang akan terjadi.
Jika anda mimpi bertemu nabi, dan salah satu nabi yang sering terlihat dalam mimpi adalah nabi Idris AS. Nabi Idris merupakan nabi kedua setelah Adam AS.
Diketahui bahwa Nabi Idris merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam AS. Nabi Idris dikenal sebagai manusia pertama yang bisa menulis dengan pena.
Dirinya juga menerima suhuf berupa lembaran yang berisi wahyu dari Allah SWT. Lantas, bagaimana tafsir mimpi melihat Nabi Idris AS dalam islam seperti dikutip dari bincangsyariah.com?
Dalam literatur kitab klasik, dijumpai beberapa keterangan mengenai tafsir mimpi melihat nabi Idris AS dalam islam.
Menurut keterangan ulama, Mimpi melihat nabi Idris AS merupakan pertanda baik bagi seseorang. Menurut keterangan Abdul Ghani Al-Nabulsi, seseorang yang bermimpi melihat nabi Idris AS, maka hal itu pertanda dia akan dimuliakan dengan ketakwaan, mendapatkan husnul khatimah, menjadi rajin beribadah, berwawasan luas, sabar, dan berpengetahuan.
Sebagaimana dalam kitab Mukjam Tafsirul Ahlam, halaman 57 berikut
قال عبد الغني النابلسي : إدريس عليه السلام من رآه في المنام أكرم بالورع، وختم له بخير وصار مجتهداً في العبادة بصيراً حليماً عالماً.
Artinya : “Abdul Ghani Al-Nabulsi berkata mengenai nabi Idris AS. Barang siapa yang melihatnya dalam mimpi maka dia akan dimuliakan dengan ketakwaan, mendapatkan husnul khatimah atau akhir kehidupan yang baik, menjadi rajin beribadah, berwawasan luas, sabar, dan berpengetahuan.”
Berdasarkan keterangan lain, barangsiapa bermimpi menjadi nabi Idris atau menyerupai sifatnya, maka hal itu pertanda, ilmunya akan bertambah atau ia akan dekat dengan orang-orang berpengaruh dan mencapai pangkat yang tinggi.
Sedangkan, apabila bermimpi menjadi sahabat nabi Idris, maka dia akan memiliki sahabat orang yang mulia.
Tetapi, jika dia melihat nabi Idris dalam keadaan kekurangan, maka kekurangannya akan kembali kepada pemimpi.
Sebagaimana dijelaskan secara detail dalam lanjutan keterangan kitab Mukjam Tafsirul Ahlam, halaman 57 berikut,