فَأَيُّمَا رَجُلٌ كَانَ يَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا وَهُوَ قَوِيٌّ شَابٌ، فَعَجَزَ عَنْهُ، جَرَى لَهُ أَجْرُ ذَلِكَ العَمَلُ حَتَّى يَمُوْتَ.
“Seseorang yang memilki kebiasaan beramal shaleh di saat dia kuat dan muda, lalu ia tidak mampu lagi mengerjakan amal tersebut, maka pahala amal tersebut akan tetap ia dapatkan hingga ia meninggal.”
Kalau ada istilah, “Olahraga adalah tabungan Kesehatan di usia tua.”, maka ibadah-ibadah ringan yang bisa kita jangkau dan rutin kita kerjakan adalah tabungan pahala di saat kita tidak lagi mampu mengerjakannya. Karena itu, perbanyaklah ibadah yang menjadi kebiasan.
Kedua: Memperbanyak Taubat dan Istighfar
Istighfar dan taubat adalah amalan manusia-manusia terbaik. Tatkala Rasulullah berusia lanjut, di usia 60 tahun, setelah hidup panjang dengan melakukan banyak ketaatan kepada Allah Ta’ala, di saat itu Allah menurunkan firman-Nya,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” [Quran An-Nashr: 1-3].
Allah Ta’ala memerintahkan beliau untuk banyak-banyak bertaubat dan istighfar setelah sekian banyak amalan hebat yang beliau kerjakan. Berdakwah menyebarkan ilmu, berjihad, dll. kemudian Allah perintahkan menutup amalannya dengan istighfar dan taubat.
Demikian juga dengan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu, manusia terbaik setelah para nabi dan rasul. Abdullah bin Amr bin al-Ashr radhiallahu ‘anhuma mengatakan,
عَلِّمْنِي دُعَاءً أدْعُو به في صَلَاتِي -وَفِيْ رِوَايَةٍ: وفي بَيْتِي- ، قالَ: قُلْ: اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، ولَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا أنْتَ، فَاغْفِرْ لي مَغْفِرَةً مِن عِندِكَ، وارْحَمْنِي إنَّكَ أنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Abu Bakr ash-Shiddiq bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, ajarkan aku sebuah doa yang bisa kubaca di dalam shalatku – dalam Riwayat lain ada tambahan: kubaca saat aku berada di rumah-.
Rasulullah mengatakan, “Bacalah ‘Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku (berbuat dosa) dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang mengampuni dosa kecuali hanya Engkau. Karena itu, ampunilah aku dengan maghfiroh dari sisi-Mu. Sayangilah aku karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” [Shahih al-Bukhari 834].
Doa ini dianjurkan untuk dibaca setelah membaca tasyahhud akhir atau saat berada di rumah. Para ulama juga menyebut doa ini dengan dzikir saat di rumah.
Perhatikan! Kalau orang-orang yang berada di puncak keshalehan dan ketaatan diperintahkan untuk menjadi istigfar dan taubat sebagai amalan penutup dan amalan andalan, apalagi kita orang-orang yang penuh dengan dosa.
Ketiga: Husnus Zhan kepada Allah