Keimanan itu bukanlah semata-mata hanya ucapan yang keluar dari bibir belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu keyakinan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dan dari situ akan muncul bekas-bekas atau kesan-kesannya, sebagaimana semerbaknya bau harum yang disemarakkan oleh setangkai bunga mawar.
وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ أُولٰۤئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
Artinya: Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS Al-Hujurat 7-8).
Salah satu bukti keimanan adalah bersedekah, sebagaimana sabda Nabi saw:
الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ (رواه مسلم)
Artinya: Dan sedekah itu adalah bukti (keimanan) yang nyata (HR Muslim).
Ibadah sedekah memiliki banyak keutamaan terlebih jika sedekah itu dikeluarkan di waktu, tempat dan keadaan yang utama seperti mengeluarkan sedekah di bulan Ramadhan, untuk fakir miskin yang lemah tak berdaya tak dapat usaha, di 10 hari bulan Dzulhijjah, dan saat urusan yang penting seperti untuk orang yang sakit atau kepada orang yang membutuhkan lainnya. Demikian dalam Tuhfatul Muhtaj Lisyarhil Minhaj (Juz.8, h. 755-756).
Maka dengan begitu keimanan seseorang kan semakin harum semerbak mewangi dengan bekas-bekas dan kesan-kesan yang ditorehkannya. Imam Abu Bakr al-Razi, menjelaskan bahwa iman dalam hati seorang mukmin adalah seumpama sebatang pohon yang mempunyai tujuh dahan. Satu dahan mencapai hatinya, sedang buahnya adalah kehendak yang benar.
Satu dahan mencapai lidahnya, sedangkan buahnya adalah perkataan yang benar. Satu dahan mencapai kedua belah kakinya sedang buahnya berjalan menuju shalat berjamaah. Satu dahan mencapai kedua belah tangannya, sedangkan buahnya adalah memberikan sedekah. Satu dahan mencapai kedua belah matanya, sedang buahnya adalah memandang kepada pelajaran-pelajaran. Satu dahan mencapai perutnya, sedang buahnya ialah memakan yang halal dan meninggalkan barang yang meragukan. Dan satu dahan lagi mencapai jiwanya, sedangkan buahnya ialah meninggalkan dan mengendalikan keinginan-keinginan nafsu syahwatnya.
Allahu Akbar 3x walillahil hamd. Jamaah shalat Id yang berbahagia,
Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan.
Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al-Ankabut: 45). Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim (QS Al-Baqarah: 183). Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir (QS at-Taubah: 103).
Kurban, sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَر (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah) (QS Al-Kautsar 1-2).