METRO SULTENG-Tinggal beberpa hari lagi kita memasuki bulan haji bulan Dzulhijjah 1445 Hijriyah tepatnya pada 8 Juni 2024 dan pada 17 Juni 2024 kita memasuki tanggal 10 Dzulhijjah 1445 hijriyah. Masih ada beberapa hari lagi kita mempersiapkan diri berniat dari sekarang untuk berkurban.
Coba pikirkan, tiap bulan kita bisa beli pulsa internet Rp300 ribu sampai Rp500 ribu, bayar cicilan kendaraan sampai jutaan rupiah. Tapi masih banyak diantara kita yang enggan berkurban setahun sekali yang harga per ekor kambing antara 2,5 juta sampai 4 juta. Mari kita renungkan kalau bukan karena iman pasti kita tak sanggup meski punya kelebihan harta. Olehnya, masih ada waktu kita sisipkan uang untuk membeli hewan kurban atau patungan sapi 2 juta per orang untuk satu ekor sapi 7 orang.
Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan bahwa ketakwaan kepada Allah SWT harus dibuktikan dengan nyata. Dan saat ini momentum tersebut ada di depan mata dengan salah satunya yakni menunaikan ibadah kurban.
Boleh dikata umat Islam selalu diuji dengan bagaimana menunjukkan rasa takwanya kepada Allah SWT lewat kurban. Hal ini adalah pertaruhan, apakah termasuk hamba yang pasrah, atau terlalu banyak pertimbangan.
Besar harapan, momentum hari raya Idul Adha 2024 nanti akan menyadarkan umat Islam. Bahwa ada kepentingan yang lebih harus diburu yakni akhirat, dan menanggalkan keperluan duniawi yang hanya sesaat.
Naskah khutbah Jumat dapat digandakan. Kepentingannya sebagai refleksi dan jariyah untuk dijadikan pegangan jamaah lain.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Pada kesempatan istimewa namun singkat ini saya berwasiat kepada diri dan jamaah semua untuk terus berupaya meningkatkan takwallah. Caranya adalah dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Dan ketahuilah bahwa bekal terbaik menghadap Allah SWT adalah dengan takwa.
Hadirin yang Berbahagia
Perayaan Idul Adha yang sebentar lagi kita jalani selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji. Jutaan Muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak. Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging sesembelihan.
Kedua pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari. Kita seperti selalu baru ingat keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan bisa diterapkan dalam jangka waktu tak terbatas.