Khutbah Idul Fitri 1445 H/2024 M Tema Mengukur Keimanan Kita Setelah Ramadhan

photo author
- Selasa, 9 April 2024 | 05:11 WIB
Khutbah idul fitri
Khutbah idul fitri

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatulqadar. tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Puasa memberi pelajaran bahwa Allah berkuasa mengunggulkan suatu perkara di antara perkara-perkara yang lain. Dan bulan Ramadhan pun diunggulkan di antara bulan-bulan yang lain.

Demikian pula Allah mengunggulkan hamba-hamba-Nya di antara hamba-hamba yang lain. Sehingga tak heran kita mendapati ada manusia yang kaya, ada yang alim, ada yang tampan, dan seterusnya. Di sisi lain, Allah juga berkuasa menjadikan hamba-hamba sebaliknya dari keadaan itu. Artinya, bukan Allah tak kuasa membuat kaya semua hamba-Nya.

Bukan Allah yang tidak kuasa memberi ilmu kepada semua hamba-Nya. Tapi dibalik itu Allah memberikan keadilan dan hikmah yang luar biasa.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Kedua, pelajaran penting lainnya dari Ramadhan adalah melahirkan hubungan dan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat hakikat hubungan dan rahasia itu kecuali Allah. Sehingga pantas tidak ada yang bisa membalas puasa kecuali Allah.

Sungguh, pelajaran Ramadhan yang satu ini sangat penting bagi kita untuk selalu menjalin segala sesuatu dengan Allah. Sehingga kita selamanya berhubungan dengan Allah, merasa dilihat dan dibanggakan oleh Allah. Merasa diatur oleh Allah, merasa digerakkan oleh Allah, layaknya kita sedang berpuasa tak membatalkan puasa karena merasa dilihat Allah meski tak ada seorang pun yang melihat. Intinya, segala sesuatu yang terjadi tak ada yang luput dari pengawasan dan ketentuan Allah.

Jadi pula kita beribadah itu bukan karena makhluk, tetapi karena Allah. Sehingga harus merasa berada di hadapan Allah. Selanjutnya, kita tidak berani berbuat dosa karena merasa ditatap oleh Allah. Inilah ihsan, sebagaimana digambarkan Rasulullah saat ditanya malaikat Jibril.

قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ؟، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَ أَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ


Artinya: “Malaikat Jibril bertanya, “Wahai Rasulullah, apa artinya ihsan?” Beliau menjawab, “Ihsan itu kamu beribadah kepada Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya. Kendati kamu tidak melihat-Nya, tetapi Dia selalu melihatmu,” (HR. Ahmad).

Walhasil, pelajaran ini harus benar-benar dijiwai dengan menyadari bahwa ibadah kita hanya untuk Allah dan seperti berada di hadapan Allah. Kendati belum bisa merasa berada di hadapan Allah, sadarilah bahwa kita selalu ditatap oleh Allah.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah Ketiga, pelajaran Ramadhan adalah menyadarkan bahwa kewajiban berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan minum, hanya pada bulan Ramadhan. Namun, puasa dari hal yang haram itu sepanjang bulan bahkan seumur hidup. Jika selama puasa kita diperintah menahan diri dari hal-hal yang halal, maka apalagi hal-hal yang haram.

Nah, sesungguhnya puasa ingin memberi pelajaran kepada kita semua bahwa dalam segala hal tidak boleh berlebihan, termasuk dalam menikmati perkara yang halal. Ramadhan mengajarkan kita tentang kesederhanaan karena Allah tidak menyukai manusia yang berlebihan. Demikian sebagaimana yang diamanatkan dalam Al-Quran:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X