Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Menurut Imam Qurthubi, al Jami’ li Ahkami al-Qur’an, Jilid XVIII [Kairo; Dar Kutub al Misriyah, 1964], halaman 227, sebagaimana dikutip dari kitab Shahih Muslim, Ibunda Aisyah ra menyatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah seperti Al-Quran. Tidak akan didapati akhlak yang lebih mulia di banding budi pekerti Nabi. Pasalnya, Rasulullah diutus ke dunia, untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Di antara akhlak beliau yang sangat mulia ialah cara Rasulullah dalam menghadapi orang-orang yang suka bermaksiat. Nabi tidak pernah bersikap keras atau menghakimi pelaku maksiat, melainkan selalu berusaha untuk memberikan bimbingan dan nasihat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Dalam kitab Fathul Bari, karya Imam Ibnu Hajar diceritakan tentang kasih sayang Rasulullah pada seorang pelaku maksiat yang bernama Nuaiman. Ia seorang yang suka mabuk minuman keras. Ibnu Hajar mengisahkan bahwa Nuaiman dan anaknya, Abdullah, sama-sama pernah dihukum karena mabuk. Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dalam suatu kejadian, seorang lelaki berkata kepada Nuaiman tersebut, “Semoga Allah melaknatmu,” Rasulullah saw pun melarang lelaki tersebut untuk berkata demikian. Beliau bersabda, “Jangan lakukan itu, karena dia mencintai Allah dan Rasul-Nya,”.
Dari riwayat tersebut, dapat disimpulkan kendati Nuaiman dan anaknya seorang pelaku maksiat, Rasulullah saw pun tidak melaknat, melainkan mendoakan agar diampuni oleh Allah swt. Nabi mengatakan bahwa walaupun mereka suka mabuk, namun mereka tetaplah orang-orang yang beriman dan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pun Nabi Muhammad tidak sungkan-sungkan berteman dengan Nuaiman. Bahkan diceritakan Nabi sering tertawa karena ulah lucu Nuaiman.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Lebih lanjut, tentu kita paham bersama, perangai Nuaiman dan Abdullah yang doyan mabuk tentunya merupakan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Namun, Rasulullah saw tetaplah menyayangi mereka dan mendoakan mereka agar mendapatkan ampunan dari Allah swt.
Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw adalah sosok yang penuh kasih sayang dan mau menerima semua orang, tanpa memandang kesalahan bapak dan anak tersebut. Syekh Shafiyurahman al Mubarakfuri dalam ar Rahiqu Makhtum menyebutkan Nabi Muhammad senantiasa mengawasi para sahabatnya.
Tak lupa untuk menanyakan apa yang terjadi di antara mereka. Jika sesuatu bagus dan baik, Nabi akan mengatakan itu hal yang baik
Nabi akan mengatakan itu hal yang baik. Namun jika itu perbuatan yang buruk dan jelek, maka akan berterus terang bahwa itu tindakan jelek dan segera membenarkannya. Pun Nabi tidak bosan-bosan memberikan nasihat keagamaan pada para sahabat, agar senantiasa berbuat baik.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada semua orang, termasuk kepada wanita yang berzina. Hal ini dapat dilihat dari kisah seorang wanita dari kabilah Ghamidiyah yang datang kepada Rasulullah saw untuk mengaku dosanya dan bertaubat. Wanita tersebut datang kepada Rasulullah saw dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah berzina, bersihkanlah aku dari
dosaku."
Rasulullah saw kemudian memintanya untuk pulang. Keesokan harinya, wanita itu datang kembali dan mengatakan bahwa dia sedang hamil. Rasulullah saw kemudian meminta wanita itu untuk menunggu sampai bayinya lahir. Setelah wanita itu melahirkan, dia datang kembali kepada Rasulullah saw bersama bayinya.
Rasulullah kemudian meminta wanita itu untuk menyusui bayinya sampai dia bisa makan. Setelah bayinya disapih, wanita itu kembali kepada Rasulullah bersama bayinya. Rasulullah kemudian menyerahkan bayi itu kepada salah seorang sahabat dan meminta yang lain untuk membawanya ke tempat pengeksekusian rajam.
Setelah hukuman, seorang sahabat bernama Khalid mencela seorang perempuan Ghamidiyah tanpa sengaja. Ketika Rasulullah saw mendengar celaan tersebut, beliau dengan keras menegur Khalid dan mengingatkannya untuk menjaga ucapan.
Rasulullah menyatakan bahwa perempuan tersebut telah bertaubat dengan taubat yang sangat baik, bahkan jika seseorang yang telah banyak mengambil hak-hak kaum muslimin dengan cara yang tidak halal bertaubat seperti itu, maka dosanya akan diampuni oleh Allah. Pesan ini mengingatkan kita tentang pentingnya kasih sayang, pengampunan, dan perbaikan diri dalam Islam.