Memakmurkan masjid tidak sebatas melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. Banyak fungsi masjid yang bisa kita hidupkan seperti, tempat dakwah, majelis ilmu, pengajaran Al-Quran, sarana pendidikan, tempat berkumpul dan bermusyawarah masyarakat, bahkan menjadi tempat pelayanan sosial serta kesehatan yang dibutuhkan oleh umat dan masyarakat.
Namun, saat ini muncul gagasan untuk melakukan pengawasan terhadap tempat ibadah termasuk utamanya adalah masjid. Dengan alasan untuk menghilangkan ajaran radikal dan ekstrim dari jamaah sebuah tempat ibadah. Meski baru sebuah ide dan bukan ide baru, tapi kita perlu memberikan catatan sebelum akhirnya betul-betul diterapkan.
Pertama, masjid dan tempat ibadah lainnya merupakan sumber nilai berbangsa dan sumber nilai etika. Tidak sepatutnya dijadikan sasaran kecurigaan yang menimbulkan kesan adanya kegentingan dan kondisi yang dramatis sehingga memaksa langkah radikal (dalam tanda kutip) untuk melakukan pengawasan.
Jika memang ada satu dua kasus yang dikaitkan dengan agama termasuk dari sebuah tempat ibadah, maka harusnya melakukan langkah penegakan hukum, tidak kemudian membuat kebijakan menyamaratakan.
Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia
Kedua, pengawasan tempat ibadah oleh pemerintah, termasuk masjid, apalagi meminjam tangan masyarakat justru akan menimbulkan masalah baru. Langkah ini bisa melahirkan polarisasi, konflik antar golongan, antara anggota masyarakat sendiri.
Bisa jadi suatu saat pelaporan didasarkan pada suka dan tidak suka terhadap suatu kelompok, bukan berlandaskan pada ada dan tidaknya radikalisme serta ekstrimisme. Keadaan semacam ini berpotensi menyebabkan konflik horizontal.
Di sinilah dibutuhkan kearifan dan kecerdasan dalam menimbang suatu permasalahan sebelum mengambil keputusan.
Demikianlah khutbah Jumat tentang masjid dan himbauan serta nasihat kepada pihak terkait soal rencana pengawasan terhadap masjid. Semoga kita dijadikan orang yang cinta masjid, memakmurkannya, menjaga kebersihannya, dan mengisinya dengan program-program yang senafas dengan semangat kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ