Tetapi, justru kita sanggup memberi ketika orang lain bakhil dan tak mau memberikan apapun kepada kita. Seorang kakek tua yang seringkali mencaci-maki Rasulullah ketika berpapasan dengannya, suatu kali terserang demam dan sakit keras di pembaringan.
Rasulullah justru menjenguknya sambil membawakan kurma segar untuknya. Jadi, untuk bisa memaafkan orang yang telah berbuat zalim, memang memerlukan kebesaran hati yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah dalam segala tindak-tanduknya.
Seringkali kita mudah terbawa arus sosial sehingga perilaku kita tergantung pada suasana hati yang bersifat situasional. Tetapi, loyalitas dan kecintaan pada Rasulullah tidak mungkin bisa dikendalikan oleh apa-apa yang sedang ngetren dalam kehidupan masyarakat sosial.
Orang mau berbuat apa pun kepadanya, dia tetap konsisten pada nilai kebaikan, karena itulah yang diperintahkan Allah, serta dicontohkan oleh akhlak Rasulullah.***